Peribahasa ini mempunyai arti bahwa apapun yang dilakukan oleh seorang anak akan membuat orang tua ikut terbawa-bawa atau kena getahnya.
Kami pernah mampir beli jajanan di pedagang kaki lima pinggir jalan, kami tanya-tanya tentang keadaan jalan sekitar. “Iya pak, tiap sore banyak anak nakal di jalan ini”, katanya. Lalu ia menyebut, “Itu loh anaknya si fulan.” Hati saya berkata, “Anaknya yang berbuat salah, kok malah ortunya yang dibawa-bawa?” Itulah yang membuktikan benarnya peribahasa di atas.
Masalah anak polah bisa kita juga ambil ibrah dari surah Al-Kahfi–yang rutin dibaca tiap Malam Jumat atau hari Jumat–. Coba perhatikan pada ayat,
وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا
“Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.” (QS. Al-Kahfi: 80)
Dari ayat di atas ada pelajaran penting yang bisa diambil, kita diperintahkan untuk memohon kepada Allah agar mendapatkan keturunan yang saleh.
Mengenai ayat di atas, Qatadah rahimahullah berkata, “Ketika lahir, kedua orang tuanya begitu berbahagia. Namun, ketika ia terbunuh, keduanya sedih. Kalau seandainya anak itu masih hidup, tentu kebinasaanlah untuk kedua orang tuanya. Maka hendaklah seseorang rida kepada takdir Allah. Karena bisa jadi takdir seseorang yang terasa buruk, itu baik untuknya. Disebutkan dalam hadits ‘Tidaklah Allah menetapkan sesuatu pada orang beriman melainkan itu baik untuknya.‘ Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), ‘Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.‘” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:183)
Tentang masalah “anak polah bopo kepradah” ada beberapa saran yang moga bisa diperhatikan:
- Hendaklah orang tua terus memohon kepada Allah agar dikaruniai kesalehan untuk anak.
- Orang tua hendaklah terus pula memperbaiki diri dengan mendalami agama.
- Orang tua jangan terlalu memanjakan anak sehingga menuruti kemauan anak yang membuatnya menjadi nakal. Tugas orang tua adalah menyelamatkan anak dari neraka, bukan menjerumuskannya dalam neraka.
- Semoga setiap anak menjadi sadar bahwa kenakalannya membuat orang tua malu besar dan akhirnya ikut terbawa-bawa.
Semoga Allah beri taufik dan hidayah. Moga kita dikaruniai anak yang qurrota a’yun.
Referensi:
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
—
Disusun di Darush Sholihin Gunungkidul, 10 Syakban 1442 H, 23 Maret 2021
Artikel Ruqoyyah.Com