Wahai para ayah, para suami …
Istri Anda diberi TV LED 42 inch di rumah, punya mobil mewah, pakaian yang mahal dan tampil menawan.
Sedangkan Anda sebagai suami masih shalat bolong-bolong, jauh dari Al-Qur’an, azan masjid pun tak pernah dijawab dan dihadiri, lebih-lebih lagi tak kenal majelis ilmu dan tak menghadirinya.
Hati Anda sebenarnya sedang dipenjara karena tak mengenal Allah.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sebenarnya orang yang dikatakan dipenjara adalah orang yang hatinya tertutup dari mengenal Allah ‘azza wa jalla. Sedangkan orang yang ditawan adalah orang yang masih terus menuruti (menawan) hawa nafsunya (pada kesesatan)” (Shahih Al-Wabil Ash-Shayyib)
Coba renungkan pula hadits bahwa harta itu bukanlah jadi standar bahagia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051, Tirmidzi no. 2373, Ibnu Majah no. 4137).
Para salaf mengatakan,
لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ
“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”
Moga Allah beri taufik pada para suami, para ayah, dan kita semua.
—