Kapan saja hari dilarang puasa?
Diharamkan puasa pada lima hari:
- Hari Idulfitri
- Hari Iduladha
- Hari tasyrik (11, 12, 13 Zulhijah)
Dimakruhkan puasa pada:
Yaum asy-syakk (hari yang meragukan) yaitu pada 30 Syakban kecuali bertepatan dengan hari kebiasaan puasa.
Dalil-dalilnya
1. Larangan berpuasa pada Idulfitri dan Iduladha
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari puasa pada dua hari: Idulfitri dan Iduladha. (HR. Muslim no. 1138).
2. Larangan berpuasa pada hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah)
عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ»
“Dari Nubaisyah Al-Hudzaliy, ia bersabda bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim, no. 1141).
3. Larangan berpuasa pada hari syakk
Yang dimaksud hari meragukan adalah tanggal 30 Syakban. Abu Syuja’ lebih memilih pendapat makruh bagi yang berpuasa di hari meragukan. Namun yang jadi pegangan dalam madzhab Syafi’i, larangan dari berpuasa pada hari syakk adalah larangan haram. ‘Ammar bin Yasir pernah berkata,
مَنْ صَامَ يَوْمَ الشَّكِّ فَقَدْ عَصَى أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari meragukan, maka ia telah mendurhakai Abul Qosim shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi, no. 686; Ibnu Hibban, no. 3596. Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih).
Baca Juga:
Artikel Ruqoyyah.Com