Ayah harus berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan jelek.
1. KENAPA HARUS BERUBAH?
Untuk menjadi ayah yang lebih baik, tentu harus berubah. Perubahan ini tentu saja berubah menjadi lebih baik, tak harus berubah menjadi orang lain. Untuk berubah ini harus punya pencapaian atau “goals”. Berubah lebih cepat tentu lebih baik.
Kita harus berubah karena:
a. Umur kita terbatas.
b. Agar dosa tak terus menumpuk.
c. Agar hidup jadi lebih berkah.
d. Agar tidak terus merugikan orang lain.
e. Agar mendapatkan husnul khatimah.
2. APA YANG HARUS DIUBAH OLEH AYAH?
Ada beberapa kebiasaan yang mesti diubah seperti:
a. Kebiasaan nongkrong hingga tengah malam, melalaikan dari membantu istri yang sibuk begadang sendirian mengurus anak di rumah.
b. Kebiasaan main “games” kesayangan dengan rekan dan teman hingga tak kenal waktu.
c. Kebiasaan merokok, karena seorang ayah akan merugikan anak dan istri.
d. Suka memukul dan memaki istri.
e. Belum sadar agama, termasuk pula belum sadar shalat lima waktu, apalagi sadar shalat berjamaah di masjid.
f. Masih berada dalam dosa syirik, dosa besar (selingkuh, judi, mabuk-mabukan), hingga melakukan amalan yang tidak ada tuntunan.
3. CARA UNTUK BERUBAH
a. Mendalami ilmu agama, belajar dari ahli ilmu, kyai, atau ustadz. Karena ingat, menuntut ilmu (yang benar) pasti akan mengantarkan pada kebaikan.
b. Rutinkan shalat lima waktu, lalu jangan lupa belajar shalat yang benar sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
c. Tinggalkan pergaulan dengan teman yang jelek.
d. Tinggalkan kebiasaan merokok karena kebiasaan jelek ini hanya merugikan diri sendiri, bahkan juga merugikan istri dan anak. Ruginya adalah dari sisi kesehatan dan juga keuangan.
e. Benar-benar menjaga waktu untuk hal-hal manfaat saja.
f. Menjadi ayah baik agar bisa menjadi teladan bunda dan anak-anak di rumah.
g. Banyak bersabar ketika menghadapi pertengkaran, termasuk juga bersabar ketika dipandang aneh saat berubah.
4. JANGAN TUNDA-TUNDA UNTUK BERUBAH
Dalam sya’ir Arab disebutkan,
وَ لاَ تَرْجِ عَمَلَ اليَوْمِ إِلَى الغَدِ
لَعَلَّ غَدًا يَأْتِي وَ أَنْتَ فَقِيْدُ
Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini hingga besok
Andai besok itu tiba, mungkin saja engkau akan kehilangan
Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)
Semoga ayah segera berubah.
—
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Tulisan pada Jumat pagi, 17 Juli 2020, 26 Dzulqa’dah 1441 H
Artikel Ruqoyyah.Com
Assalamu’alaykum warohmatullohi wabarokaatuh.
Ustadz, bagaimana sebaiknya sikap ayah sambung menghadapi anak laki2 saya yg berusia 19 thn, yg blm bs mnerima kehadiran ayah sambung?
Sdh 5 th suami wafat. Tp anak bungsu sy dr dua anak bersikukuh melarang sy mnikah lagi.
Apa benar krn sy menikah lagi maka anak2 kandung sy tidak akan mndoakan sy jika sy wafat, krn dianggap sy tdk setia pada ayahnya?
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Ini sejatinya harus diberitahu bahwa keadaan tdk spt itu.
Tetap doa masih manfaat.
Ini juga tidak disebut berkhianat.