Ajarkan pada Anak Keutamaan Bulan Ramadan

Ayah bunda … Yuk ingat pada anak kita kalau sebentar lagi Ramadan tiba. Moga mereka termotivasi dengan keutamaan bulan tersebut.

Keutamaan Bulan Ramadan

  1. Ramadan adalah bulan diturunkannya Alquran dan kitab suci lainnya yang Allah turunkan.
  2. Apabila Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Karenanya kita semangat melakukan kebaikan di bulan Ramadan, sedangkan maksiat berkurang.
  3. Ada malam penuh kemuliaan di bulan Ramadan yaitu lailatul qadar. Ibadah di dalamnya lebih baik daripada ibadah pada seribu bulan lainnya.
  4. Bulan Ramadan itu bulan penuh rahmat, ampunan, dan banyak yang dibebaskan dari neraka.
  5. Doa di bulan Ramadan mudah dikabulkan.
 

Bulan Ramadan itu bulan diturunkannya Alquran

Allah Ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al-Baqarah: 185) Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.” Ayo semangat menyambut bulan Ramadan.   Artikel Ruqoyyah.Com   Baca Juga:

Mengenal Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma wa Sifat

Tauhid berarti mengesakan Allah.   Tauhid dibagi para ulama menjadi tiga macam. Pertama: Tauhid rububiyyah adalah mengesakan Allah dalam perbuatan Allah, yaitu Allah itu satu-satunya Pencipta (Al-Khaliq), Pengatur Jagat Raya (Al-Mudabbir), Yang Maha Merajai (Al-Malik), dan Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq). Kedua: Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam perbuatan hamba, yaitu kita selaku hamba hanya beribadah kepada Allah saja, tidak boleh satu pun ibadah diserahkan kepada selain Allah. Ibadah seperti berdoa, thawaf, menyembelih kurban, bernadzar hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Ketiga: Tauhid asma wa sifat adalah mengesakan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Kita menetapkan nama dan sifat bagi Allah sebagaimana yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Beriman dalam hal nama dan sifat ini tanpa melakukan
  • takwil (merubah maknanya),
  • tak-thil (menolak sebagian sifat Allah),
  • takyif (memvisualkan atau menggambarkan bagaimana wujud sifat Allah),
  • tam-tsil (menyamakan dengan sifat Allah dengan sifat makhluk), dan
  • tafwidh (tidak mau menetapkan pengertian sifat Allah).
 

Referensi: 

  • Firqatun Najiyah karya Syaikh Muhammad bin Zainu
  • Tsalatsah Al-Ushul karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan berbagai syarhnya
  Artikel Ruqoyyah.Com Baca Juga:

Cara Mengajak Anak Puasa

Bagaimana cara mengajak anak belum balig berpuasa? Apakah sudah ada contoh di masa salaf?

Contoh Salaf Mengajak Anak Shalat

Dalam masalah shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur sepuluh tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.”[1] Dalam puasa, dari Rabi binti Mu’awwid radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ الَّتِى حَوْلَ الْمَدِينَةِ : مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ ، وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ) ، فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ ، فَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الإِفْطَارِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusannya pada siang hari ‘Asyura (sepuluh Muharam) ke desa-desa kaum Anshar di sekitar Madinah untuk mengumumkan, ‘Barangsiapa telah berpuasa sejak pagi hari, hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Barangsiapa yang pagi harinya tidak berpuasa, maka hendaknya puasa pada sisa harinya.’ Setelah itu kami berpuasa. Kemudian kami membiasakan anak-anak kecil kami untuk berpuasa insya Allah. Kami pergi ke masjid, lalu kami buatkan untuk   mereka (anak-anak) mainan dari kapas yang berwarna. Kalau salah satu di antara mereka menangis karena (kelaparan). Kami berikan kepadanya (mainan tersebut) sampai berbuka puasa.”[2] Umar radhiyallahu ’anhu berkata kepada orang yang mabuk-mabukan di bulan Ramadan, “Celakalah Anda! Padahal anak-anak kami berpuasa. Kemudian beliau memukulnya (sebagai hukuman).[3]

Cara Mengajak Anak Puasa

  1. Menjelaskan keutamaan puasa kepada mereka, bahwa hal itu termasuk sebab masuk ke dalam surga. Di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan di mana hanya orang-orang berpuasa yang masuk ke dalamnya.
  2. Membiasakan sebelumnya untuk berpuasa seperti puasa beberapa hari di bulan Syakban agar tidak kaget dengan puasa di bulan Ramadhan.
  3. Puasa pada sebagian siang, dan menambahi waktunya sedikit demi sedikit (seperti sebagian kalangan menyebut dengan puasa “bedug”).
  4. Mengakhirkan sahur sampai di akhir malam. Hal itu membantu puasa mereka pada siang hari.
  5. Menyemangati mereka berpuasa dengan memberi hadiah yang diberikan setiap hari atau setiap pekan.
  6. Ajak anak ikut menyiapkan menu berbuka untuk memberinya semangat dan motivasi dalam berpuasa.
  7. Menyanjung mereka di depan keluarga sewaktu berbuka, ketika sahur. Hal itu dapat menaikkan semangat spiritualnya.
  8. Mendorong semangat berlomba-lomba apabila mempunyai banyak anak tanpa harus mencela yang tertinggal.
  9. Melalaikan rasa lapar dengan tidur atau dengan mainan mubah yang tidak memerlukan tenaga. Sebagaimana para shahabat yang mulia melakukan terhadap anak-anaknya. Di sana ada program anak-anak yang tepat.
  10. Diutamakan agar sang ayah mengajak anaknya–khusus setelah Ashar–ke masjid untuk ikut shalat, menghadiri pengajian, tetap di masjid untuk membaca Alquran dan dzikir kepada Allah Ta’ala.
  11. Mengkhususkan berkunjung pada siang hari dan malam hari ke keluarga yang anak-anaknya berpuasa untuk memberi semangat kepada mereka terus melakukan puasa.
Perlu diperhatikan kalau sekiranya anak-anak merasakan keletihan yang sangat, jangan dipaksa untuk menyempurnakan puasanya. Hal itu agar tidak menjadikan dirinya benci beribadah atau menjadi sebab berbohong atau timbulnya penyakit. Karena pada dasarnya, anak belum termasuk mukallaf (terkena beban kewajiban). Hendaknya masalah ini diperhatikan, jangan terlalu keras dalam memerintahkan anak berpuasa.

Tips penting untuk orang tua dalam mengajak anaknya berpuasa

  1. Jangan memaksa
  2. Lakukan secara bertahap
  3. Berikan pujian
  4. Jadilah contoh yang baik
  5. Lakukanlah hal yang sama di Ramadan berikutnya
  6. Diskusi dengan orang tua lain terkait melatih anak berpuasa
  [1] HR. Abu Daud, no. 495. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih. [2] HR. Bukhari, no. 1960 dan Muslim, no. 1136. [3] HR. Bukhari–secara mu’allaq yaitu tanpa sanad–bab “Puasa Anak-Anak”. Baca Juga:
  Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal  Artikel Ruqoyyah.Com

Ajarkan pada Anak Kita tentang Tauhid dan Syirik

Yuk ayah bunda, ajarkan masalah akidah ini pada anak kita. Mereka harus paham tauhid dan syirik. Perbuatan syirik juga dapat diberi contoh-contohnya di sekitar kita, yang penting ajarkan anak kita untuk waspada.

Tauhid dan syirik itu apa?

Tauhid secara bahasa berarti menjadikan sesuatu menjadi satu. Sedangkan secara istilah syari, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal yang menjadikan kekhususan-Nya yaitu dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Syirik secara bahasa berarti an-nashiib yaitu bagian. Sedangkan secara istilah syari, syirik berarti menjadikan selain Allah punya bagian dalam hal-hal yang khusus bagi Allah.  

Macam-macam syirik

Ada berbagai macam bentuk syirik:
  1. Syirik dalam doa, bentuknya berdoa kepada selain Allah.
  2. Syirik dalam niat, bentuknya melakukan ibadah asalnya riya’ atau hanya ingin mencari dunia semata.
  3. Syirik ketaatan, yaitu menjadikan selain Allah sebagai pembuat syariat atau pemnbuat hukum.
  4. Syirik mahabbah (cinta), yaitu mencintai selain Allah sama seperti mencintai Allah.
 

Referensi:

Tsalatsatul Ushul dan berbagai syarhnya. Baca Juga: Artikel Ruqoyyah.Com

Kenapa Anak Tidak Boleh Bermain Dadu?

Tahu DADU, ayah bunda? Kadang dadu dipakai dalam berbagai permainan atau game. Terkadang kita didik anak kita dengan permainan dadu semacam ini, dalam monopoli, ular tangga, dan lainnya.   Pertama, renungkan dulu hadits berikut ini.

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ لَعِبَ بِالنَّرْدَشِيرِ فَكَأَنَّمَا صَبَغَ يَدَهُ فِى لَحْمِ خِنْزِيرٍ وَدَمِهِ ».

Dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bermain dadu, maka ia seakan-akan telah mencelupkan tangannya ke dalam daging dan darah babi” (HR. Muslim no. 2260).   Kedua, Allah mengharamkan maysir. Allah Ta’ala berfirman,

>يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, maysir, al-anshob (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90) Maysir itu tidak selamanya diartikan judi. Maysir yang disebutkan dalam ayat di atas sebenarnya lebih umum dari judi. Kata Imam Malik rahimahullah,Maysir ada dua macam: (1)  bentuk permainan seperti dadu, catur dan berbagai bentuk permainan yang melalaikan, (2) bentuk perjudian, yaitu yang mengandung unsur spekulasi atau untung-untungan di dalamnya.” Bahkan Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr memberikan jawaban lebih umum ketika ditanya mengenai apa itu maysir. Jawaban beliau, “Setiap yang melalaikan dari dzikrullah (mengingat Allah) dan dari shalat, itulah yang disebut maysir.” (Dinukil dari Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 39:406).   Ketiga, para ulama memahami bermain dadu itu haram. Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini menunjukkan haramnya bermain dadu karena disamakan dengan daging babi dan darahnya, yaitu sama-sama haram (Lihat Syarh Shahih Muslim, 15: 16). Imam Nawawi pun mengatakan, “Hadits ini sebagai hujjah bagi Syafi’i dan mayoritas ulama tentang haramnya bermain dadu” (Syarh Shahih Muslim, 15:15).   Kalau masih ada model permainan yang lain untuk anak, kenapa mesti pakai dadu? Kami hanya berharap hidayah dari Allah bagi yang membaca postingan ini. Jika tidak menerima, kami serahkan pada Allah untuk membuka hati pembaca. Kalau sudah bisa menerima hal ini, yuk share nasihat ini dan beritahu yang lain. Baca Juga: — Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Yang Ditanya di Alam Kubur oleh Munkar dan Nakir

Ayah bunda … Bahasan kali ini harus diingat tiga hal berikut:
  1. Yang ditanya di alam kubur adalah siapa Rabbmu, apa agamamu, siapa nabimu.
  2. Yang bisa menjawab hanyalah orang yang kokoh imannya.
  3. Yang kokoh imannya tentu saja yang benar dalam mengenal Allah, mengenal Islam, dan mengenal nabinya.
Dari Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan tentang ayat “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”, beliau mengatakan,

فِى‭ ‬الْقَبْرِ‭ ‬إِذَا‭ ‬قِيلَ‭ ‬لَهُ‭ ‬مَنْ‭ ‬رَبُّكَ‭ ‬وَمَا‭ ‬دِينُكَ‭ ‬وَمَنْ‭ ‬نَبِيُّكَ

Di dalam kubur akan ditanyakan siapa Rabbmu, apa agamamu, dan siapa nabimu.” (HR. Tirmidzi, no. 3120. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih. Hadits ini dikeluarkan pula oleh Bukhari, no. 1369 dan Muslim, no. 2871) Yang bisa menjawabnya adalah yang kuat imannya. Allah Ta’ala berfirman,

يُثَبِّتُ‭ ‬اللَّهُ‭ ‬الَّذِينَ‭ ‬آمَنُوا‭ ‬بِالْقَوْلِ‭ ‬الثَّابِتِ‭ ‬فِي‭ ‬الْحَيَاةِ‭ ‬الدُّنْيَا‭ ‬وَفِي‭ ‬الآخِرَةِ‭ ‬وَيُضِلُّ‭ ‬اللَّهُ‭ ‬الظَّالِمِينَ‭ ‬وَيَفْعَلُ‭ ‬اللَّهُ‭ ‬مَا‭ ‬يَشَاءُ

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)   Artikel Ruqoyyah.Com

Tujuan Kita Diciptakan

Ayah bunda … Anak-anak harus mengetahui tujuan kita diciptakan: 1. Untuk mengenal Allah. (QS. Ath-Thalaq: 12)

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12). Jadi Allah menciptakan makhluk untuk mengenal Allah.
2. Untuk beribadah kepada Allah semata. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)  

Referensi:

  1. Tsalatsah Al-Ushul karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
  2. Syarh Tsalatsah Al-Ushul karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
  3. Faedah dari Kajian Fikih Asmaul Husna (terjemahan) karya Syaikh ‘Abdurrazaq Al-Badr, hlm. 145, terbitan Darus Sunnah
—- Parenting Ruqoyyah

Tiga Prinsip Akidah yang Mesti Dipahami Anak

Ada tiga prinsip akidah yang disebutkan oleh para ulama mesti dipahamkan pada anak kita.
  1. Allah menciptakan kita, tidak membiarkan kita begitu saja. Allah mengutus Rasul pada kita. Siapa yang menaati Rasul, ia akan masuk surga. Siapa yang tidak menaati Rasul, ia akan masuk neraka.
  2. Allah tidak rida bila umatnya berbuat syirik dengan sesuatu apa pun.
  3. Tidak mendukung non muslim dalam ritual keagamaan mereka, walaupun itu keluarga dekat kita.
Dalil prinsip pertama,

﴿إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا (١٥) فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا﴾

Sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul sebagai saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir’aun, lalu Fir’aun menentangnya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.”(QS. Al-Muzammil: 15-16) Dalil prinsip kedua,

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا

Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu berdoa kepada seorang pun bersama Allah.” (QS. Jin: 18) Dalil prinsip ketiga,

﴿لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ، وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ، أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ، وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا، رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ، أُولَئِكَ حِزْبُ اللهِ، أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾

Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22)  

Referensi:

  1. Tsalatsah Al-Ushul karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
  2. Syarh Tsalatsah Al-Ushul karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
—- Parenting Ruqoyyah

Kisah Nabi Ibrahim, Dakwah Ibrahim pada Orang Tua dan Kaumnya

Kali ini adalah kisah nabi yang mulia yang disebut Al-Khalil, kekasih Allah. Kisah Nabi Ibrahim ini akan dibagi dalam beberapa kisah.

Mengenal Nabi Ibrahim

Nama beliau adalah Ibrahim bin Tarikh, keturunan dari Sam bin Nuh. Ada riwayat dari ahli kitab yang menceritakan silsilah keturunan Nabi Ibrahim. Tetapi, ada juga riwayat yang mengatakan bahwa ayah Nabi Ibrahim adalah Azar. Pendapat kedua inilah yang lebih kuat. Azar mempunyai tiga anak yaitu Ibrahim, Nahur, dan Haran. Umur ayah Ibrahim saat Ibrahim lahir adalah tujuh puluh lima tahun. Putra Haran adalah Nabi Luth ‘alaihis salam, berarti Nabi Luth adalah keponakan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Haran meninggal dunia ketika ayahnya masih hidup. Ada yang menyebutkan bahwa nama ibunda Ibrahim adalah Amilah, atau Buna menurut pendapat yang lain. Nabi Ibrahim lahir di Babil (Babilonia). Nabi Ibrahim menikahi Sarrah (istri pertama). Sedangkan, Nahur menikahi Milka, putri Haran, keponakannya. Sarrah adalah wanita mandul yang tidak memiliki anak. Ayah Ibrahim bersama Ibrahim, Sarrah, dan anak laki-laki dari anaknya Luth bin Haran keluar menuju Al-Kaldaniyyin menuju Al-Kan’aniyyin., kemudian mereka tinggal di Harran. Ayah Ibrahim meninggal dunia di situ dalam usia 250 tahun.  

Keadaan Masyarakat Ibrahim

Masyarakat saat itu menyembah tujuh bintang, inilah agama yang jadi pegangan di masyarakat Damaskus. Yang beriman di masa itu di muka bumi hanya tiga orang yaitu Ibrahim, Sarrah (istri Ibrahim), dan Luth (keponakan Ibrahim). Allah Ta’ala telah menghilangkan keburukan dan kesesatan saat itu dengan diutusnya Nabi Ibrahim. Sebab Allah telah menganugerahkan hidayah pada waktu kecilnya dan mengutusnya sebagai seorang Rasul serta menjadikan beliau sebagai seorang kekasih (al-khalil) ketika dewasa. Dalam firman Allah disebutkan,

وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ

Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.” (QS. Al-Anbiya’: 51)  

Dakwah Ibrahim pada Ayahnya

Dakwah yang pertama kali diserukan Ibrahim ‘alaihis salam adalah kepada ayahnya, karena saat itu ayahnya termasuk orang yang menyembah berhala. Ayahnya lebih berhak untuk didakwahi. Tentang dakwah Nabi Ibrahim disebutkan dalam ayat,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا

يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا

يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي ۖ إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَىٰ أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا

  1. Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Alquran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.
  2. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
  3. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
  4. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
  5. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan”.
  6. Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”.
  7. Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
  8. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku“. (QS. Maryam: 41-48)
Ibrahim pun memintakan ampun untuk ayahnya sebagaimana yang telah ia janjikan dalam doanya. Namun setelah jelas bagi Ibrahim ‘alaihis salam, ayahnya adalah musuh Allah, maka ia pun melepaskan diri darinya sebagaimana disebutkan dalam,

وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah: 114) Dakwah Nabi Ibrahim pada ayahnya:
  1. dengan lemah lembut;
  2. dengan cara yang bagus;
  3. dengan menunjukkan kelemahan menyembah berhala.
Berhala itu simbol dari orang saleh atau simbol dari benda langit.  

Benda Langit Tak Mungkin Disembah

Inilah yang diceritakan dalam surah Al-An’am,

وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ

  1. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ

  1. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.

فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ

  1. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”.

فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

  1. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

  1. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. Al-An’am: 75-79)
Bintang-bintang tersebut adalah makhluk yang kepada Allah sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fussilat: 37)  

Kelemahan Berhala Kaum Ibrahim

Ayat berikut menunjukkan kelemahan berhala kaum Ibrahim.

۞ وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ

  1. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).

إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

  1. (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci:

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا تَعْبُدُونَ

  1. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah itu?

أَئِفْكًا آلِهَةً دُونَ اللَّهِ تُرِيدُونَ

  1. Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong?

فَمَا ظَنُّكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ

  1. Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?”

فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُومِ

  1. Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang.

فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ

  1. Kemudian ia berkata: “Sesungguhnya aku sakit”.

فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِينَ

  1. Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang.

فَرَاغَ إِلَىٰ آلِهَتِهِمْ فَقَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ

  1. Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata: “Apakah kamu tidak makan?

مَا لَكُمْ لَا تَنْطِقُونَ

  1. Kenapa kamu tidak menjawab?”

فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ

  1. Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat).

فَأَقْبَلُوا إِلَيْهِ يَزِفُّونَ

  1. Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas.

قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ

  1. Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

  1. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.

قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ

  1. Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu”.

فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ

  1. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (QS. As-Saffat: 83-98)
  Penghancuran berhala kaum Ibrahim disebutkan dalam ayat-ayat berikut ini,

وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ

  1. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.

فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ

  1. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.

قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ

  1. Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”.

قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ

  1. Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.

قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَىٰ أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ

  1. Mereka berkata: “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan”.

قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ

  1. Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”

قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ

  1. Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.

فَرَجَعُوا إِلَىٰ أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ

  1. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”,

ثُمَّ نُكِسُوا عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَٰؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ

  1. kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”.

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ

  1. Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?”

أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

  1. Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?

قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ

  1. Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. (QS. Anbiya: 57-68)
Ibrahim meletakkan kapak di tangan patung yang paling besar sebagai bentuk isyarat bahwa ia cemburu bila patung-patung yang lebih kecil ikut disembah bersama dengannya. Ketika orang-orang kembali dari perayaan mereka, mereka mendapati apa yang terjadi pada tuhan-tuhan mereka. (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1:335) Ada yang mengatakan, “Patung yang besar ini yang mendorong saya untuk menghancurkan berhala-berhala tersebut.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1:336)  

Pelajaran dari kisah kali ini

  1. silsilah Nabi Ibrahim
  2. bagaimana dakwah beliau menyelisihi bapaknya dan kaumnya
  3. Ibrahim mengajarkan tauhid
  4. Ibrahim anti terhadap syirik
  5. benda langit tak layak untuk disembah
  6. patung berhala nyata kelemahannya
  7. dakwah Ibrahim sangat bijak dan lemah lembut pada orang tuanya walaupun musyrik
  8. selalu ada pertentangan dari keluarga sendiri terhadap dakwah pada kebenaran.

Kisah berikutnya masih berlanjut, kisah Nabi Ibrahim dibakar dalam api. Semoga Allah mudahkan.

 

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
 

Disusun oleh:

  1. Rumaysho Fathmah Tuasikal
  2. Ruwaifi’ Tuasikal
 

Dikoreksi ulang oleh:

Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com  

Nama Anak “Vairus Abdul Covid”

Apakah dibenarkan memberi nama anak “VAIRUS ABDUL COVID”? Ayah bunda … Perlu dipahami bahwa di antara kaidah dalam memberi nama anak adalah: 1. Tidak boleh memakai nama Abdul melainkan setelah itu diikuti dengan nama Allah saja seperti Abdullah dan Abdurrahman. Karena Abdul artinya hamba. Kita semua adalah hamba Allah, bukan hambanya COVID. 2. Tidak boleh memberi nama dengan sesuatu yang jelek maknanya. Nama anak ini adalah VAIRUS dan COVID, yang saat ini virus covid-19 sangat menakutkan dan semua berharap tidak terkena virus tersebut. 3. Memberi nama itu memakai ilmu dan punya makna yang bagus lagi benar, bukan memakai prinsip “yang penting tidak ada yang sama dengan nama anak saya”. * Kalau ini penamaan yang cuma untuk candaan, tak baiklah hal seperti ini dijadikan candaan, padahal semua orang begitu tegang dan panik menghadapi virus menular ini. —- Muhammad Abduh Tuasikal Ruqoyyah.Com