Kali ini adalah kisah nabi yang mulia yang disebut Al-Khalil, kekasih Allah. Kisah Nabi Ibrahim ini akan dibagi dalam beberapa kisah.
Mengenal Nabi Ibrahim
Nama beliau adalah Ibrahim bin Tarikh, keturunan dari Sam bin Nuh. Ada riwayat dari ahli kitab yang menceritakan silsilah keturunan Nabi Ibrahim. Tetapi, ada juga riwayat yang mengatakan bahwa ayah Nabi Ibrahim adalah Azar. Pendapat kedua inilah yang lebih kuat.
Azar mempunyai tiga anak yaitu
Ibrahim, Nahur, dan Haran. Umur ayah Ibrahim saat Ibrahim lahir adalah tujuh puluh lima tahun. Putra Haran adalah Nabi Luth ‘alaihis salam, berarti Nabi Luth adalah keponakan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Haran meninggal dunia ketika ayahnya masih hidup.
Ada yang menyebutkan bahwa nama ibunda Ibrahim adalah
Amilah, atau Buna menurut pendapat yang lain.
Nabi Ibrahim lahir di Babil (Babilonia). Nabi Ibrahim menikahi Sarrah (istri pertama). Sedangkan, Nahur menikahi Milka, putri Haran, keponakannya. Sarrah adalah wanita mandul yang tidak memiliki anak.
Ayah Ibrahim bersama Ibrahim, Sarrah, dan anak laki-laki dari anaknya Luth bin Haran keluar menuju Al-Kaldaniyyin menuju Al-Kan’aniyyin., kemudian mereka tinggal di Harran. Ayah Ibrahim meninggal dunia di situ dalam usia 250 tahun.
Keadaan Masyarakat Ibrahim
Masyarakat saat itu menyembah tujuh bintang, inilah agama yang jadi pegangan di masyarakat Damaskus. Yang beriman di masa itu di muka bumi hanya tiga orang yaitu Ibrahim, Sarrah (istri Ibrahim), dan Luth (keponakan Ibrahim).
Allah Ta’ala telah menghilangkan keburukan dan kesesatan saat itu dengan diutusnya Nabi Ibrahim. Sebab Allah telah menganugerahkan hidayah pada waktu kecilnya dan mengutusnya sebagai seorang Rasul serta menjadikan beliau sebagai seorang kekasih (
al-khalil) ketika dewasa. Dalam firman Allah disebutkan,
وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ
“
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.” (QS. Al-Anbiya’: 51)
Dakwah Ibrahim pada Ayahnya
Dakwah yang pertama kali diserukan Ibrahim ‘
alaihis salam adalah kepada ayahnya, karena saat itu ayahnya termasuk orang yang menyembah berhala. Ayahnya lebih berhak untuk didakwahi. Tentang dakwah Nabi Ibrahim disebutkan dalam ayat,
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا
يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا
قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي ۖ إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَىٰ أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا
- Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Alquran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.
- Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
- Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
- Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
- Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan”.
- Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”.
- Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
- Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku“. (QS. Maryam: 41-48)
Ibrahim pun memintakan ampun untuk ayahnya sebagaimana yang telah ia janjikan dalam doanya. Namun setelah jelas bagi Ibrahim ‘alaihis salam, ayahnya adalah musuh Allah, maka ia pun melepaskan diri darinya sebagaimana disebutkan dalam,
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah: 114)
Dakwah Nabi Ibrahim pada ayahnya:
- dengan lemah lembut;
- dengan cara yang bagus;
- dengan menunjukkan kelemahan menyembah berhala.
Berhala itu simbol dari orang saleh atau simbol dari benda langit.
Benda Langit Tak Mungkin Disembah
Inilah yang diceritakan dalam surah Al-An’am,
وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
- Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
- Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
- Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”.
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
- Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
- Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. Al-An’am: 75-79)
Bintang-bintang tersebut adalah makhluk yang kepada Allah sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala,
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fussilat: 37)
Kelemahan Berhala Kaum Ibrahim
Ayat berikut menunjukkan kelemahan berhala kaum Ibrahim.
۞ وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ
- Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).
إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
- (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci:
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا تَعْبُدُونَ
- (Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah itu?
أَئِفْكًا آلِهَةً دُونَ اللَّهِ تُرِيدُونَ
- Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong?
فَمَا ظَنُّكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
- Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?”
فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُومِ
- Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang.
فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ
- Kemudian ia berkata: “Sesungguhnya aku sakit”.
فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِينَ
- Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang.
فَرَاغَ إِلَىٰ آلِهَتِهِمْ فَقَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
- Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata: “Apakah kamu tidak makan?
مَا لَكُمْ لَا تَنْطِقُونَ
- Kenapa kamu tidak menjawab?”
فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ
- Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat).
فَأَقْبَلُوا إِلَيْهِ يَزِفُّونَ
- Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas.
قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ
- Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
- Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.
قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ
- Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu”.
فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ
- Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (QS. As-Saffat: 83-98)
Penghancuran berhala kaum Ibrahim disebutkan dalam ayat-ayat berikut ini,
وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ
- Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.
فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ
- Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.
قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ
- Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”.
قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
- Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.
قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَىٰ أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ
- Mereka berkata: “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan”.
قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ
- Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”
قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ
- Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.
فَرَجَعُوا إِلَىٰ أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ
- Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”,
ثُمَّ نُكِسُوا عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَٰؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ
- kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”.
قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ
- Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?”
أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
- Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
- Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. (QS. Anbiya: 57-68)
Ibrahim meletakkan kapak di tangan patung yang paling besar sebagai bentuk isyarat bahwa ia cemburu bila patung-patung yang lebih kecil ikut disembah bersama dengannya. Ketika orang-orang kembali dari perayaan mereka, mereka mendapati apa yang terjadi pada tuhan-tuhan mereka. (
Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1:335)
Ada yang mengatakan, “Patung yang besar ini yang mendorong saya untuk menghancurkan berhala-berhala tersebut.” (
Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1:336)
Pelajaran dari kisah kali ini
- silsilah Nabi Ibrahim
- bagaimana dakwah beliau menyelisihi bapaknya dan kaumnya
- Ibrahim mengajarkan tauhid
- Ibrahim anti terhadap syirik
- benda langit tak layak untuk disembah
- patung berhala nyata kelemahannya
- dakwah Ibrahim sangat bijak dan lemah lembut pada orang tuanya walaupun musyrik
- selalu ada pertentangan dari keluarga sendiri terhadap dakwah pada kebenaran.
Kisah berikutnya masih berlanjut, kisah Nabi Ibrahim dibakar dalam api. Semoga Allah mudahkan.
Referensi:
- Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
- Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
Disusun oleh:
- Rumaysho Fathmah Tuasikal
- Ruwaifi’ Tuasikal
Dikoreksi ulang oleh:
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel
Ruqoyyah.Com