Materi Adab: Adab Tidur

Apa saja adab tidur? Ini bisa dipraktikkan oleh anak-anak kita.  
  1. Di sunnahkan berwudhu sebelum tidur.
  2. Tempat tidur harus bersih.
  3. Membaca doa atau dzikir ketika hendak tidur (mengumpulkan kedua telapak tangan kemudian meniupnya, lalu membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, kemudian usapkan telapak tangan di bagian tubuh yang bisa dijangkau; hal ini dilakukan sebanyak 3 kali).
  4. Apabila bermimpi
– Mimpi buruk datangnya dari setan, sehingga apabila bermimpi buruk maka berlindunglah kepada Allah, lalu ubah posisi tidur. Orang yang bermimpi buruk tersebut tidak boleh menceritakan mimpinya kepada orang lain. – Mimpi yang baik datangnya dari Allah. Apabila bermimpi yang baik maka ucapkanlah “subhanallah“ dan ceritakan mimpi tersebut hanya kepada orang yang disukai.
  1. Membaca doa bangun tidur.
  2. Merapikan kembali tempat tidur.
  Ruqoyyah.Com

Kisah Nabi Shalih dan Kaum Tsamud

Kaumnya Nabi Shalih adalah Tsamud. Tsamud adalah kabilah yang sudah masyhur. Mereka disebut Tsamud karena nama kakek mereka, Tsamud, saudara laki-laki dari Jadis. Jadis dan Tsamud adalah anak dari ‘Amir bin Iram bin Sam bin Nuh. Kaum Tsamud adalah bangsa Arab dari ‘Aribah. Kaum Tsamud tinggal di Al-Hijr, daerah antara Hijaz dan Tabuk. Tsamud datang setelah kaum ‘Aad. Kaum Tsamud itu menyembah berhala sebagaimana kaum ‘Aad. Akhirnya diutuslah nabi dari kalangan mereka yaitu Shalih bin ‘Ubaid bin Masikh bin ‘Ubaid bin Hajir bin Tsamud bin ‘Abir bin Iram bin Sam bin Nuh. Nabi Shalih mengajak kaumnya untuk mentauhidkan Allah, beribadah kepada Allah semata, agar mereka meninggalkan berhala, dan tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun. Sebagian dari mereka mau beriman. Namun, mayoritas dari mereka itu kafir. Kaum Tsamud mencela Nabi Shalih dengan ucapan dan perbuatan hingga mereka ingin membunuh Nabi Shalih dan untanya yang dijadikan hujah bagi mereka. Disebutkan tentang kaum Tsamud,

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Rabb bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Rabbmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih”.” (QS. Al-A’raf: 73)
 

Kisah Unta Nabi Shalih

Kaum Tsamud meminta unta bunting tua kepada Nabi Shalih dan dikeluarkan dari sebuah batu. Kalau itu dipenuhi, mereka akan beriman kepada Allah. Kemudian permintaan tersebut terpenuhi dengan sebelumnya Nabi Shalih melaksanakan shalat lalu berdoa. Unta tersebut keluar dari batu. Setelah melihat kejadian tersebut, ada yang beriman, tetapi mayoritas masih kafir. Unta tersebut dimanfaatkan oleh kaum Tsamud dengan diambil susunya, bahkan berlangsung dalam waktu lama. Tetapi kaum Tsamud setelah itu malah bersepakat untuk menyembelihnya. Orang yang bertanggung jawab menyembelih unta tersebut adalah Qudar bin Salif.

فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوب

Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan”.” (QS. Hud: 65)

Siksaan pada Kaum Tsamud

  1. Pembesar kaum Tsamud disiksa sebelum kaumnya yaitu dengan dilemparkan bebatuan yang menghancurkan kepala mereka.
  2. Pada hari Kamis, wajah mereka kuning (cemas dan khawatir). Pada hari kedua, wajah mereka menjadi berwarna merah. Pada hari ketiga, wajah mereka berwarna hitam. Pada hari Ahad, mereka telah matang dan ketika matahari terbit, datanglah satu pekikan suara dari langit dan guncangan dari bumi. Karena itulah ruh mereka keluar.
 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Melewati Lembah Al-Hijr di Daerah Kaum Tsamud pada Tahun Peperangan Tabuk

Imam Ahmad rahimahullah berkata, diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama pasukannya di perang Tabuk, beliau beristirahat dengan mereka di Al-Hijr (tempat berbatu) di sekitar rumah-rumah kaum Tsamud. Para sahabat menimba air dari sumur-sumur yang digunakan oleh Kaum Tsamud untuk minum, membuat adonan dengan airnya dan memasang kuali dengan memasukkan daging ke dalamnya. Melihat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar membakar kuali dan memberikan adonan kepada unta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berpindah hingga sampai pada sumur unta Nabi Shalih ‘alaihis salam minum darinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk masuk pada kaum yang diazab sembari bersabda,

لاَ تَدْخُلُوا عَلَى هَؤُلاَءِ الْقَوْمِ الَّذِينَ عُذِّبُوا إِلاَّ أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا بَاكِينَ فَلاَ تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ فَإِنِّى أَخَافُ أَن ْيُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَهُمْ

Janganlah kalian masuk pada kaum yang diazab kecuali kalian dalam keadaan menangis. JIka kalian tidak menangis, janganlah memasukinya. Karena aku khawatir kalian akan ditimpa azab sebagaimana azab yang menimpa mereka.” (HR. Ahmad, 2:9. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim).  

Ringkasan Tentang Nabi Shalih

Nama: Shalih bin ‘Ubaid bin Masikh bin ‘Ubaid bin Hajir bin Tsamud bin ‘Abir bin Iram bin Sam bin Nuh Masa hidup: 2150 – 2080 sebelum masehi (umur: 70 tahun) Diutus jadi Nabi: 2100 sebelum masehi (umur: 50 tahun) Kaumnya: Kaum Tsamud Tempat diutus: Al-Hijr, utara Hijaz Penyebutan dalam Al-Qur’an: 9 kali Jumlah anak: – Yang menunjukkan kenabian Nabi Shalih:Diutusnya unta sebagai mukjizat, namun kaumnya mendustakannya. Tempat meninggal: Makkah Al-Mukarramah  

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Athlas Tarikh Al-Anbiya wa Ar-Rusul. Cetakan ke-13, Tahun 1438 H. Sami bin ‘Abdullah bin Ahmad Al-Maghluts. Penerbit  Obekan.
  3. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
 

Disusun oleh:

  1. Rumaysho Fathmah Tuasikal
  2. Ruwaifi’ Tuasikal

Dikoreksi ulang oleh:

Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com  

Kisah Nabi Hud dan Kaum ‘Aad

Nama Nabi Hud adalah Hud bin Syalakh bin Arfakh-syad bin Sam bin Nuh. Sebagaimana diketahui dari kisah Nabi Nuh, Sam adalah kakek moyang orang Arab. Adapun Ham adalah kakek moyang orang Habsy dan Yafits adalah kakek moyang orang Romawi. Kaum Nabi Hud adalah orang-orang Arab yang tinggal di Ahqaf (bukit-bukit tinggi). Pegunungan ini berada di Yaman antara ‘Uman dan Hadramaut pada suatu daerah pesisir pantai yang disebut dengan Asy-Syihr. Nabi dari kalangan arab yaitu Hud, Shalih, Syu’aib, Nabi Muhammad. Ini dari keturunan Sam bin Nuh. Nabi Hud disebut yang pertama kali berbicara dengan bahasa arab. Kaum Hud inilah kaum ‘Aad generasi pertama. Mereka tinggal di tenda-tenda yang ditopang tiang-tiang besar. Tentang penyebutan kaum ‘Aad disebutkan dalam surah Al-Fajr,

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ

 

Sifat kaum ‘Aad

Maksud dari kaum ‘Aad generasi pertama karena setelah banjir bandang, merekalah yang kembali menyembah berhala. Sifat kaum ‘Aad:
  • keras
  • kafir
  • melampaui batas
  • congkak dalam beribadah pada berhala
 

Siksaan untuk kaum ‘Aad

  • Awalnya datang gersang dan keringnya tanah, akhirnya mereka memohon diturunkannya hujan.
  • Datanglah segumpal awan di langit, ternyata itu awan yang membawa azab.
  • Datanglah angin laksana kobaran api. Mereka diterpa angin selama tujuh malam delapan hari secara terus menerus.
  • Akhirnya mereka tumbang bagaikan pohon kurma yang telah kosong (lapuk), tak menyisakan satu orang pun.
Cerita siksaan pada kaum ‘Aad disebutkan dalam surah Al-Haqqah berikut ini.

وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ

 

Di Mana Nabi Hud Dikuburkan?

Nabi Hud dikuburkan di Yaman. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa Nabi Hud dikuburkan di Masjid Jami’ Damaskus.  

Pelajaran Penting Ketika Melihat Angin Kencang

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرِّيحُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ فَرَوْحُ اللَّهِ تَأْتِى بِالرَّحْمَةِ وَتَأْتِى بِالْعَذَابِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَلاَ تَسُبُّوهَا وَسَلُوا اللَّهَ خَيْرَهَا وَاسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا

Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah. Rahmat Allah itu bisa datang membawa rahmat dan bisa datang membawa azab. Maka apabila kalian melihat angin, janganlah kalian memakinya. Mintalah kepada Allah kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelekannya.” (HR. Abu Daud, no. 5097 dan Ibnu Majah, no. 3727. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih). Ketika melihat angin berhembus kencang, kita dianjurkan membaca doa,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ

ALLOOHUMMA INNI AS-ALUKA KHOIROHAA WA KHOIRO MAA FIIHA WA KHOIRO MAA URSILAT BIH, WA A’UDZU BIKA MIN SYARRIHAA WA SYARRI MAA FIIHA WA SYARRI MAA URSILAT BIH (Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikannya, kebaikan yang terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan dikirimkannya angin tersebut. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya, kejelekan yang terkandung di dalamnya, dan kejelekan tujuan dikirimkannya angin tersebut.” (HR. Muslim, no. 899, dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha). Yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat mendung dan angin sebagaimana dikatakan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

وَكَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِى وَجْهِهِ . قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ . فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ) »

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adalah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (HR. Bukhari, no. 4829 dan Muslim, no. 899)  

Ringkasan Tentang Nabi Hud

Nama: Hud bin Syalakh bin Arfakh-syad bin Sam bin Nuh Masa hidup: 2450 – 2320 sebelum masehi (umur: 130 tahun) Diutus jadi Nabi: 2400 sebelum masehi (umur: 50 tahun) Kaumnya: Kaum ‘Aad Tempat diutus: Ahqaf (dekat Yaman) Penyebutan dalam Al-Qur’an: 7 ayat Jumlah anak: – Yang menunjukkan kenabian Nabi Hud:
  1. Rajin bersyukur
  2. Mengajak kaumnya untuk bertauhid
  3. Ia dijauhkan dari maksiat kaumnya.
Tempat meninggal: Makkah   Semoga bermanfaat.  

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Athlas Tarikh Al-Anbiya wa Ar-Rusul. Cetakan ke-13, Tahun 1438 H. Sami bin ‘Abdullah bin Ahmad Al-Maghluts. Penerbit  Obekan.
  3. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
 

Disusun oleh:

  1. Rumaysho Fathmah Tuasikal
  2. Ruwaifi’ Tuasikal

Dikoreksi ulang oleh:

Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Materi Adab: Adab Mandi dan Buang Hajat

Apa saja adab ketika mandi dan buang hajat?  
  1. Tidak membawa barang yang terdapat nama Allah di kamar mandi.
  2. Menjauh dari pandangan orang saat buang hajat.
  3. Masuk kamar mandi dengan kaki kiri, keluar dengan kaki kanan.
  4. Tidak menjawab salam ketika di kamar mandi.
  5. Tidak boros ketika menggunakan air.
  6. Bila buang hajat di luar bangunan, tidak boleh menghadap atau membelakangi kiblat.
  7. Membaca doa sebelum masuk kamar mandi.
  8. Membaca doa ketika keluar kamar mandi.
  9. Cebok dengan tangan kiri.
  Ruqoyyah.Com

Kisah Nabi Nuh

Namanya adalah Nuh bin Lamik, merupakan keturunan Syits bin Adam. Jarak antara kelahiran Nabi Nuh dan kematian Nabi Adam adalah 140 tahun. Berarti jarak antara Nabi Nuh lahir dan diciptakannya Adam adalah sepuluh abad. Nabi pertama adalah Nabi Adam, sedangkan Nabi Nuh adalah Rasul pertama. Nuh diutus ketika kaumnya telah berbuat syirik.  

Apa Perbedaan Nabi dan Rasul?

Nabi itu diutus di tengah kaum yang sejalan dengannya. Sedangkan Rasul diutus pada kaum yang tidak sejalan dengannya. Demikian menurut pendapat sebagian ulama.  

Pengertian Syirik dan Tauhid

Syirik adalah menyembah selain Allah. Lawan dari syirik adalah tauhid. Tauhid artinya        mengesakan Allah. Patung yang diibadahi atau disembah kaum Nuh adalah wujud orang saleh yang mereka dikenang. Namanya adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Berhala besarnya adalah Wadd, Suwa’, dan Yaghuts. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surah Nuh berikut ini,

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, jangan pula Suwa‘, jangan pula Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr‘.” (QS. Nuh: 23)
 

Nabi Nuh Mendakwahi Kaumnya dan Terjadi Thufan (Banjir Bandang)

  • Bagian paling bawah diisi oleh binatang melata dan binatang buas.
  • Bagian tengah diisi manusia.
  • Bagian atas diisi burung.
 

Anak Nabi Nuh Ikut Tenggelam

Kemudian banjir bandang menenggelamkan seluruh permukaan bumi. Yam–anak Nabi Nuh–mati tenggelam bersama orang kafir. Kisah tenggelamnya anak Nabi Nuh dikisahkan dalam ayat-ayat berikut.

۞ وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا ۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya”. Sesungguhnya Rabbku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Hud: 41)

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”.” (QS. Hud: 42)
Anak Nabi Nuh ada 4 yaitu :
  1. Yam (yang sudah mati saat banjir bandang)
  2. Sam
  3. Ham
  4. Yafits
Manusia semuanya mati selain yang ada pada bahtera Nabi Nuh. Ketika air telah meresap ke dalam bumi dan memungkinkan untuk didiami dan ditempati, Nabi Nuh mendarat dengan bahteranya di Juudi, sebuah gunung di daerah Jazirah yang masyhur. Yang menyertai Nuh di bahtera adalah delapan puluh orang lelaki disertai keluarganya. Ketika mereka turun ke kaki gunung, mereka membangun desa yang kemudian disebut dengan Tsamanin sehingga pada suatu hari lisan mereka bercampur aduk menjadi delapan puluh bahasa, salah satunya bahasa Arab. Sebagian mereka akhirnya tidak memahami bahasa sebagian yang lain. Kemudian Nuh yang bisa memahamkan bahasa mereka.  

Hanya Tersisa Keturunan Nabi Nuh

Ham, Sam, dan Yafits membawa keturunan selanjutnya. Nabi Nuh disebut bapak manusia, sebagaimana Nabi Adam. Karenanya dalam ayat disebutkan,

وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ

Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” (QS. As-Saffat: 77) Ringkasnya disebutkan dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (1:111-114), “Allah tidaklah menjadikan orang beriman yang ikut bersama Nuh keturunan pun, yang ada yang punya keturunan setelah itu adalah Nuh ‘alaihis salam. Itulah yang dimaksud surat As-Saffat ayat 77. Semua manusia yang hidup di muka bumi saat ini dengan berbagai jenisnya berasal dari keturunan Adam dan Nuh dari tiga anaknya yaitu Sam, Ham, dan Yafits.”
  • Sam adalah kakek moyang orang Arab
  • Ham adalah kakek moyang orang Habsy
  • Yafits adalah kakek moyang orang Romawi
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Samurah, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya, no. 3155.  

Wasiat Nabi Nuh

Sebelum Nabi Nuh meninggal dunia, Nabi Nuh memberi wasiat pada anaknya. Ada dua perintah dan ada dua larangan yang perlu dijalankan. Dua perintah adalah:
  1. Menjalankan kalimat “laa ilaha illallah” (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) karena kalimat tauhid ini lebih berat dalam daun timbangan daripada tujuh langit dan tujuh bumi.
  2. Pujilah Allah dengan “subhanallahi wa bi hamdihi” (Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya) karena dengan kalimat ini seluruh makhluk diberi rezeki.
Dua larangan adalah:
  1. Berbuat syirik
  2. Bertingkah sombong (al-kibr)

Di mana Nabi Nuh ‘alaihis salam Dimakamkan?

Ada dua pendapat dalam hal ini. Ada yang menyatakan beliau dimakamkan di Masjidil Haram. Ada yang menyatakan di Kurk Nuh.  

Ringkasan Tentang Nabi Nuh 

Nama: Nuh bin Lamik (keturunan Syits bin Adam) Masa hidup: 3993 – 3042 sebelum masehi (951 tahun) Diutus jadi Nabi: 3650 sebelum Masehi (usia 343 tahun) Kaumnya: Kaum Nuh Tempat diutus: Selatan Irak Penyebutan dalam Al-Qur’an: 43 ayat Jumlah anak: 4 Mukjizat Nabi Nuh:
  1. Nabi Nuh adalah Rasul pertama di muka bumi, menurut pendapat yang shahih.
  2. Nabi Nuh mengajak untuk bertauhid dan meninggalkan syirik.
  3. Nabi Nuh dianugerahkan bahtera untuk menyelamatkan kaumnya yang beriman dari banjir besar.
Tempat meninggal: Makkah  

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Athlas Tarikh Al-Anbiya wa Ar-Rusul. Cetakan ke-13, Tahun 1438 H. Sami bin ‘Abdullah bin Ahmad Al-Maghluts. Penerbit  Obekan.
  3. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
 

Disusun oleh:

  1. Rumaysho Fathmah Tuasikal
  2. Ruwaifi’ Tuasikal

Dikoreksi ulang oleh:

Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Kisah Nabi Idris

Idris adalah keturunan Nabi Adam dari Syits yang mendapat kenabian. Nabi Idris adalah manusia pertama di muka bumi yang menulis dengan qalam (pena). Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Nabi Idris masih mendapati masa Nabi Adam 308 tahun. Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1:234.

Tentang Nabi Idris disebutkan dalam ayat dalam surah Maryam,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam: 56-57)

Kemudian malaikat tersebut membawa Nabi Idris ke langit keempat lalu bertemu malaikat maut. Lalu dinyatakan bahwa waktu hidup Nabi Idris sebentar lagi. Malaikat maut pun mencabut ruh idris di langit keempat.  

Pelajaran penting yang bisa diambil

  1. Malaikat pencabut nyawa disebut malaikat maut, bukan Izrail.
  2. Kematian itu sudah ditetapkan waktunya, tidak ada yang bisa mengundurnya.
  3. Nabi Idris ‘alaihis salam sudah tiada, bukan seperti klaim sebagian orang bahwa Nabi Idris masih hidup.
 

Ringkasan Tentang Nabi Idris

Namanya: Idris bin Yarid, keturunan dari Syits bin Adam. Masa hidupnya: 4833 – 4188 sebelum masehi (umurnya: 645 tahun) Diangkat jadi nabi pada tahun: 4350 sebelum masehi (pada usia: 483 tahun) Kaumnya: keturunan Syits, ada juga yang mengatakan keturunan Qabil. Tempat diutus: Irak Al-Qadim (lama) Penyebutannya dalam Al-Qur’an: dua kali Mukjizat Idris: (1) diturunkan oleh Allah tiga shuhuf (lembaran wahyu); (2) yang pertama kali menulis dengan qalam (pena); (3) ia dikenal memiliki nasihat-nasihat bijak dan bahasa sastra (adab) seperti kalimat “khoirud dunyaa hasarotun, wa syarruha nadaamatun” (sebaik-baik dunia hanyalah kerugian, yang paling buruk dari dunia adalah penyesalan). Meninggal dunia: diangkat kepada Allah, di langit keempat  

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub. 1:234.
  2. Athlas Tarikh Al-Anbiya wa Ar-Rusul. Cetakan ke-13, Tahun 1438 H. Sami bin ‘Abdullah bin Ahmad Al-Maghluts. Penerbit  Obekan.
  3. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
 

Disusun oleh:

  1. Rumaysho Fathmah Tuasikal
  2. Ruwaifi’ Tuasikal

Dikoreksi ulang oleh:

Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Materi Adab: Adab Berpakaian

Bagaimana adab berpakaian yang diajarkan dalam Islam?
  1. Dalam berpakaian, seorang muslim hendaknya berupaya mencerminkan keimanan dan ketakwaan dirinya.
  2. Berpakaian berwarna putih (bagi laki-laki).
  3. Memakai koko atau gamis.
  4. Tidak isbal (bagi laki-laki). Isbal adalah menjulurkan pakaian sampai bawah mata kaki.
  5. Tidak memakai pakaian sutra (bagi laki – laki).
  6. Membaca doa ketika berpakaian.
  7. Mendahulukan bagian tubuh yang kanan ketika berpakaian.
  8. Pakaian menutup aurat dengan sempurna dan ukurannya longgar (tidak ketat/sempit).
  9. Tidak boleh menyerupai lawan jenis.
Semoga bisa diajarkan anak-anak kita.   Ruqoyyah.Com

Materi Adab: Adab Bermajelis

Bagaimana adab bermajelis yang Islam ajarkan? Berikut ayah bunda bisa ajarkan pada anak-anak ketika mereka hadiri majelis ilmu, termasuk belajar TPA.
  1. Mengucapkan salam ketika masuk dan keluar majelis.
  2. Duduk di tempat yang kosong, jangan di tempat yang sudah ditempati orang lain.
  3. Tidak boleh menyuruh orang lain pindah dari tempat duduknya.
  4. Tidak mengambil tempat orang lain yang sedang keluar.
  5. Tidak boleh berbisik, padahal ada orang ketiga.
  6. Tidak banyak tertawa.
  7. Tidak berbicara keras dan kotor.
  8. Menahan mulut ketika menguap dan bersin, dan tidak membuang ingus di dalam majelis.
  9. Sebelum belajar, membaca doa memohon ilmu yang bermanfaat.
  10. Membaca doa kafaratul majelis ketika selesai.
Moga bisa diamalkan oleh anak-anak kita. — Ruqoyyah.Com

Jangan Sampai Anak Kita Masih Belum Paham Adab Makan

Jangan sampai anak kita masih belum paham adab makan. Ada tiga hal yang diajarkan kali ini yaitu makan membaca “bismillah”, makan dengan tangan kanan, dan makan yang ada di dekat kita. ‘Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu berkata,

كُنْتُ غُلاَمًا فِى حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَكَانَتْ يَدِى تَطِيشُ فِى الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –

“Aku dahulu seorang ghulam (antara usia lahir hingga sebelum baligh) dalam pengasuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pernah tanganku berseliweran (mondarmandir) dalam baki (makan mulai dari pinggir). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat itu menegurku,

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

Wahai bocah, ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang di dekatmu.” ‘Umar bin Abi Salamah mengatakan,

فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ

Seperti itulah cara makanku setelah itu.” (HR. Bukhari, no. 5376 dan Muslim, no. 2022. Lihat penjelasan dalam Fath Al-Bari, 9:522) Dalam Shahih Muslim disebutkan riwayat,

« إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ ».

Jika seseorang di antara kalian makan, hendaknya ia makan dengan tangan kanannya. Jika minum, hendaknya juga minum dengan tangan kanannya. Ingatlah, setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim no. 2020) Ada riwayat lain lagi,

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ « كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.

Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Makanlah dengan tangan kananmu!’ Dia malah menjawab, ‘Aku tidak bisa.’ Beliau bersabda, ‘Benarkah kamu tidak bisa?’–dia menolaknya karena sombong–. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya.” (HR. Muslim, no. 2021)  

Pelajaran Penting yang Ayah Bunda Bisa Ambil

Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa hadits ini jadi dalil beberapa sunnah ketika makan adalah:
  1. Membaca bismillah (tasmiyyah).
  2. Makan dengan tangan kanan.
  3. Makan yang ada di dekatnya. Jangan sampai kita makan pada tempat yang ada tangan orang yang jelek makannya dan ia tidak sopan (menyelisihi muruah), lebih-lebih ketika menyantap makanan berkuah.
Dalam Fath Al-Bari (9:522) disebutkan beberapa faedah dari hadits ini:
  1. Hendaknya tidak meniru perbuatan setan dan orang kafir.
  2. Setan itu punya dua tangan.
  3. Setan bisa makan, minum, mengambil, memberi.
  4. Boleh mendoakan jelek pada orang yang menyelisihi hukum syari.
  5. Hendaknya ada amar makruf nahi mungkar termasuk pula dalam makan.
  6. Dianjurkan mengajarkan adab makan dan minum.
  7. Hadits ini menunjukkan perangai terpuji pada ‘Umar bin Abi Salamah karena ia menjalankan perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terus menjalankan perintah beliau.
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah pada anak-anak kita supaya bisa memahami adab saat makan. — Muhammad Abduh Tuasikal Ruqoyyah.Com

Kisah Nabi Adam

Kali ini kita mulai cerita tentang Nabi Adam ‘alaihis salam.  

Pertama: Tentang penciptaan jin dan kisah setan 

  • Malaikat diciptakan dari cahaya.
  • Jin dan Iblis diciptakan dari bara api.
  • Nabi Adam diciptakan dari tanah.
  • Penghuni bumi sebelum manusia adalah Al-Hin dan Al-Bin.
  • Iblis adalah pembesar jin (kakek moyang jin).
  • Adam adalah bapak manusia
Jin itu seperti halnya manusia yaitu bisa:
  1. Makan,
  2. Minum,
  3. Mempunyai keturunan.
  4. Jin itu ada yang muslim dan ada yang kafir. Jin muslim akan masuk jannah (surga).
Nama Iblis sebelum melakukan kedurhakaan adalah ‘Azazil dan nama kunyahnya adalah Abu Kurdus.  

Kedua: Penciptaan Adam 

  • Adam diciptakaan untuk jadi Khalifah di muka bumi. (QS. Al-Baqarah: 30)
  • Ada empat kelebihan Nabi Adam:
  1. Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya.
  2. Allah meniupkan ruh pada Adam. 
  3. Malaikat disuuruh sujud pada Adam.
  4. Adam diajarkan nama-nama segala sesuatu.
  • Iblis berkata:
  1. Saya lebih baik dari pada Adam.
  2. Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah.
  • Akhirnya: Iblis tidak mau sujud pada Adam.
  • Iblis keluar dari rahmat Allah karena:
  1. Menghina Adam. 
  2. Menyelisihi perintah Allah.
 

Ketiga: Penciptaan Hawa dan keduanya tinggal di surga

  • Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam saat Adam tertidur.
  • Hawa berasal dari kata hayyun = ٌّحَي artinya hidup karena Hawa diciptakan dari suatu yang hidup.       
  • Nabi Adam dan Hawa tinggal di surga yang ada di langit, bukan surga yang ada di bumi. Tempat ini bernama Jannatul Ma’wa.
  • Perlu diketahui bahwa tinggi Nabi Adam itu 60 hasta (kurang lebih 30 meter).
 

Keempat: Kisah dua putra Adam yaitu Qabil dan Habil

Qabil dan Habil adalah anak Nabi Adam ‘alaihis salam. Qabil lebih tua dari Habil. Qabil dan Habil masing-masing memiliki saudara perempuan. Nabi Adam memerintahkan agar saudari perempuan Qabil menikah dengan Habil, lalu saudari perempuan Habil menikah dengan Qabil, atau dinikahkan silang. Tetapi karena saudari Qabil lebih cantik daripada saudari Habil, maka Qabil tidak mau saudarinya menikah dengan Habil. Qabil ingin menguasai saudarinya sendiri. Qabil berarti enggan menuruti perintah bapaknya, Nabi Adam ‘alaihis salam. Karena perselisihan tersebut, Nabi Adam ‘alaihis salam memerintahkan Qabil dan Habil untuk berkurban.
  • Habil berkurban dengan jadza’ah samiinah, anak dari hewan ternak. Habil sendiri adalah seorang penggembala kambing.
  • Qabil adalah seorang petani. Ia berkurban dengan hasil tani yang jelek.
Kurban yang diterima tentu saja dari orang bertakwa. Allah hanyalah menerima dari yang bertakwa saja. Kurban yang diterima di antara keduanya adalah milik Habil dikarenakan:
  1. Habil memilih yang lebih bagus untuk berkurban.
  2. Habil ikhlas dan tidak pelit.
Akhirnya Qabil marah dan membunuh Habil (saudaranya sendiri). Ini adalah pembunuhan pertama manusia di muka bumi. Kemudian Qabil mengubur Habil karena melihat burung gagak mengubur burung gagak yang lain setelah saling bunuh. Tentang kisah ini disebutkan dalam Al-Qur’an,

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (٢٧) لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لأقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ (٢٨) إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ (٢٩) فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٣٠) فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الأرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ             (٣١)

27. Ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” 28. “Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” 29. “Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.” 30. Maka hawa nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. 31. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal. (QS. Al-Maidah: 27-31)  

Kelima: Wafatnya Nabi Adam dan wasiatnya pada Syits

  • Setelah Habil dibunuh Qabil, Nabi Adam dianugerahi Syits. 
  • Nabi Adam mengajarkan pada Syits:
  1. Waktu malam dan siang.
  2. Ibadah pada waktu malam dan siang.
  3. Akan terjadi thufan (banjir bandang) pada suatu saat nanti. 
  • Wafatnya Adam:
  1. Adam meninggal pada hari Jumat.
  2. Malaikat turun untuk takziyah (layat) dan mereka membawa obat untuk mengawetkan jenazah Adam.
  3. Nabi Adam dimakamkan pada suatu gunung di India, kemudian dipindahkan saat terjadi banjir bandang oleh Nabi Nuh ‘alaihis salam ke Baitul Maqdis.
  4. Umur Nabi Adam adalah 1000 tahun.
  5. Penerus Nabi Adam adalah Syits ‘alaihimas salaam. Syits diberikan 50 shahifah (lembaran wahyu).
Selesailah kisah Nabi Adam ‘alaihis salam, semoga bermanfaat. (Rabu pagi, 7 Syakban 1441 H, 1 April 2020)                                                       

Referensi:

Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.  

Disusun oleh:

  1. Rumaysho Fathmah Tuasikal
  2. Ruwaifi’ Tuasikal

Dikoreksi ulang oleh:

Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com