Kita melanjutkan kisah Nabi Ibrahim setelah menghancurkan berhala kaumnya. (Simak disini:
Kisah Nabi Ibrahim, Dakwah Ibrahim pada Orang Tua dan Kaumnya)
Nabi Ibrahim Dicari dan Dibakar
Ketika mereka pulang dari perayaan dan mendapati apa yang terjadi dengan tuhannya, seketika mereka bertanya dengan pertanyaan pengingkaran perihal siapa yang melakukan perbuatan ini kepada tuhan-tuhan mereka. Mereka menyebutkan bahwa ada seorang pemuda bernama Ibrahim yang mencela dan menghina tuhan mereka.
Dalam ayat disebutkan,
قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَىٰ أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ
“
Mereka berkata: “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan”.” (QS. Al-Anbiya’: 61). Maksudnya ke hadapan pemuka kaum yang terbesar di hadapan para saksi agar mereka dapat memberikan kesaksian atau ucapannya dan memperdengarkan perkataannya. Ini adalah tujuan terbesar yang ingin dicapai oleh Al-Khalil Ibrahim ‘
alaihis salam, yaitu manusia seluruhnya berkumpul sehingga beliau dapat menegakkan hujah kepada setiap orang yang beribadah kepada berhala atas kebatilan ideologi dan perbuatan mereka. Sebagaimana Nabi Musa
‘alaihis salam pernah berkata kepada Fir’aun,
قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى
“
Berkata Musa: “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik“.” (QS. Thaha: 59)
Ketika mereka telah berkumpul dan menyeret Ibrahim di hadapan mereka,
قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ , قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ
“Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.” (QS. Al-Anbiya’: 62-63)
Hanya saja Nabi Ibrahim
‘alaihis salam menginginkan dengan perkataannya agar mereka seketika menyatakan bahwa berhala-berhala tersebut tidak mampu berbicara, sehingga mereka mengakui bahwa berhala-berhala tersebut adalah benda mati sebagaimana benda mati lainnya. Mereka lantas mencela diri mereka sendiri dan kebingungan mulai menyebar pada diri mereka. Hujah mereka telah patah dan tidak tersisa kecuali menggunakan kekuatan.
Saatnya Nabi Ibrahim Dibakar, Apa Doa yang Beliau Baca?
Mereka pun segera mengumpulkan kayu bakar, kemudian mereka kumpulkan di sebuah parit yang sangat besar dan menyalakannya. Keburukan dan kejahatan mereka telah mencapai puncak, di mana tidak pernah didapati kejahatan yang serupa sebelumnya. Mereka kemudian meletakkan Ibrahim
‘alaihis salam pada daun pelempar
manjaniq yang dibuat oleh seorang lelaki dari Akrad bernama
Haizan. Dialah orang yang pertama kali membuat
manjaniq sehingga Allah menenggelamkannya ke dalam bumi. Ketika Ibrahim
‘alaihis salam diletakkan di piringan
manjaniq dalam keadaan terikat kedua tangan ke belakang pundak dan dilemparkan, beliau berdoa sembari mengucapkan:
HASBUNALLAH WA NI’MAL WAKIIL.
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa “
hasbunallah wa ni’mal wakiil” adalah perkataan Nabi ‘Ibrahim
‘alaihis salaam ketika beliau ingin dilempar ke dalam api. Sedangkan Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kalimat tersebut dalam ayat,
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung” (QS. Ali Imran: 173). (HR. Bukhari no. 4563)
Syaikh As-Sa’di
rahimahullah dalam kitab tafsirnya menjelaskan, “Maksud ‘
hasbunallah‘ adalah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan ‘
ni’mal wakiil’ adalah Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar segala urusan hamba dan yang mendatangkan maslahat.” (
Tafsir As-Sa’di, hlm. 152)
Dalam ayat disebutkan,
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
“
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Ali Imran: 174)
Allah
Ta’ala berfirman,
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
“
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim“.” (QS. Al-Anbiya’: 69).
Disebutkan oleh Ka’ab Al-Ahbar, “Tidak ada sesuatu pun yang terbakar dari Ibrahim selain rantai yang digunakan untuk membelenggu beliau saja.”
Adh-Dhahak menceritakan, diriwayatkan bahwa Jibril ‘alaihis salam mengusap keringat dari wajah Ibrahim. Yang tersentuh api hanyalah keringatnya saja.
As-Sudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim berada bersama malaikat
azh-zhill (pemberi naungan). Ibrahim ketika itu semisal
al-juunah, sekitarnya api, sedangkan ia berada di taman yang hijau. Orang-orang melihat Ibrahim terbakar. Mereka tidak bisa masuk ke dalam api, sedangkan Ibrahim pun tidak bisa keluar menemui mereka.
Ada hadits yang menyebutkan dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu bahwa Bapak Ibrahim (Azar) mengucapkan ketika itu, “NI’MAR ROBBU, ROBBUKA YAA IBRAHIM, sebaik-baik Rabb adalah Rabbmu, wahai Ibrahim.”
Allah
Ta’ala berfirman,
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ , وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ
“
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al-Anbiya’: 69-70)
Dalam ayat lain juga disebutkan,
قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ , فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ
“
Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu”. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.” (QS. As-Saffat: 97-98)
Dalam surah Al-Anbiya’ dan As-Saffat disebutkan bahwa mereka dijadikan “al-akhsarin” (merugi) dan “al-asfalin” (hina). Ini baru dijadikan di dunia seperti itu, lebih-lebih lagi di akhirat. Api yang jadi siksa bagi mereka tidak akan sejuk dan tidak akan beri keselamatan. Mereka akan dilemparkan ke neraka tanpa ucapan kehormatan dan keselamatan. Bahkan keadaannya,
إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
“
Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (Lihat
Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1:338-339).
Kisah ini masih berlanjut dengan
peristiwa cecak yang menium api Ibrahim.
Referensi:
- Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
- Tafsir Syaikh As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
- Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
Disusun oleh:
- Rumaysho Fathmah Tuasikal
- Ruwaifi’ Tuasikal
Dikoreksi ulang oleh:
Muhammad Abduh Tuasikal
—
Artikel Ruqoyyah.Com