10 Sebab dan Solusi Anak Nakal

Apa saja sebab anak nakal dan solusinya?   Pertama: Kemiskinan yang mendera sehingga terjadi kejahatan dan kenakalan karena kebutuhan. Solusi: Mengatasi kemiskinan.   Kedua: Perselisihan atau percekcokan antara ayah dan ibu. Keluarga jadi broken home, anak jadi nakal, dan butuh teman bergaul. Solusi:
  • Orang tua tidak berselisih di depan anak. Rumah tangga harus pandai dikelola dengan baik. Setiap keluarga pasti ada problem, tinggal bagaimana cara mengaturnya.
  • Mencari atau membantu memilihkan teman yang baik untuk anak
  Ketiga: Cerai ditambah lagi miskin. Akhirnya anak tidak terurus, lalu mendapat teman bergaul yang jelek sehingga anak menjadi nakal. Solusi: Mencegah terjadinya perceraian, suami dan istri hendaklah menjalankan kewajiban masing-masing. Kewajiban suami istri yang mesti diketahui dan dijalankan:
  1. Istri mesti taat kepada suami secara baik.
  2. Istri menjaga diri dan harta suami.
  3. Istri tidak menolak ajakan suaminya ke ranjang.
  4. Suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
  5. Suami hendaknya memusyawarahkan urusan rumah tangga dengan istrinya.
  6. Tidak selalu melihat kekurang pasangan, harus banyak memaklumi dan koreksi diri, lalu memandang kelebihannya yang lain.
  7. Memperlakukan istri dengan baik.
  8. Membantu istri dalam menjalankan pekerjaan rumah.
  Keempat: Anak-anak tidak memanfaatkan waktu luang dengan baik. Solusi:
  • Anak diberi kesibukan yang positif (memperhatikan shalat, ibadah, membaca Al-Qur’an)
  • Anak diberi kesibukan olahraga fisik
  • Anak diajak berkreasi
  Kelima: Bergaul dengan teman atau lingkungan yang buruk Solusi: Bergaul di tempat kajian dan TPA. Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat bau wanginya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)   Keenam: Perlakuan yang kasar atau buruk dari orang tua. Solusi: Ada pendidikan agama khusus untuk orang tua.   Ketujuh: Tayangan kekerasan dan pornografi sehingga anak ingin mencontoh dan mempraktikan. Solusi:
  • Tayangan untuk anak mesti dijaga atau dipantau oleh orang tua.
  • Anak diberi batasan waktu menggunakan gawai dan computer.
  Kedelapan: Banyak pengangguran di masyarakat. Solusi:
  • Menyediakan lapangan kerja untuk pengangguran.
  • Kita harus pintar melihat peluang usaha. Kita tidak harus menjadi pegawai, yang penting punya usaha yang halal dan berkah.
  Kesembilan: Orang tua lalai mendidik anak
  • Ada orang tua yang sudah menikah, tetapi tidak memahami kalau ia sudah menjadi ayah atau ibu.
  • Orang tua sendiri malah senang main game.
  • Orang tua masih senang keluyuran malam hari, seperti senang menongkrong di kafe.
Solusi:
  • Orang tua harus belajar agama.
  • Anak disekolahkan di tempat pendidikan yang baik.
  Kesepuluh: Anak yatim karena ada anak yatim tidak terurus sehingga menjadi nakal. Solusi:
  • Kita dianjurkan menyantuni anak yatim, akan dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga kelak.
  Referensi: Tarbiyatul Awlad fil Islam karya Syaikh Dr. ‘Abdullah Nashih ‘Ulwan Terjemahan: Pendidikan Anak dalam Islam Penerbi Insan Kamil   Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Ibunda, Kelahiran, dan Wafatnya Nabi Muhammad

Siapa ibunda nabi muhammad, kapan beliau lahir dan wafat?   Ibunda Rasulullah adalah Aminah binti Wahab.  Rasulullah lahir pada tahun Gajah (571 Masehi), seperti cerita dalam surat Al-Fiil.   

Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam 

  • Hari: Senin
  • Tanggal:  2,8,10,12 (ada empat pendapat yang masyhur menurut Imam Nawawi)
  • Bulan: Rabiul Awwal
  • Tahun Gajah (571 Masehi)
 

Wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam 

  • Waktu: Dhuha
  • Hari: Senin
  • Tanggal: 12
  • Bulan: Rabiul Awwal
  • Tahun: 11 Hijriyah
  • Usia: 63 Tahun
 

Waktu penguburan

  • Selasa setelah Zhuhur (setelah masuk zawal)
  • Malam Rabu
  Mereka yang ketika meninggal dunia usianya sama dengan nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam yaitu 63 tahun adalah:
  • Abu Bakar
  • Umar
  • Ali
  • Aisyah
 

Peristiwa bersejarah dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pada hari Senin

  1. Kelahiran Nabi
  2. Diangkat jadi nabi
  3. Berhijrah dari Mekah ke Madinah
  4. Tiba di Madinah dari Mekah saat hijrah
  5. Meninggal dunia
 

Waktu nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dikhitan terdapat beda tiga pendapat dalam hal ini:

  1. Ketika lahir langsung sudah terkhitan juga terputus tali pusarnya, ini pendapat Imam Nawawi dalam kitab sirahnya.
  2. Saat hari ketujuh dari kelahiran, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dikhitan oleh kakeknya ‘Abdul Muththalib.
  3. Saat dada Nabi dibelah oleh malaikat Jibril saat pengasuhan Halimah (ibu yang menyusui beliau).
  Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam dikafani dengan tiga lembar kain putih. Orang-orang mnenyolati jenazah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam secara bergelombang (bergantian) tanpa diimami oleh seorang pun. Yang pertama kali menyolatkan jenazah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah Al-‘Abbas, kemudian Bani Hasyim (keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), kemudian kaum Muhajirin, kemudian kaum Anshar, kemudian lainnya. Ketika orang dewasa telah selesai menyalatkan, maka anak-anak masuk, kemudian wanita. Kemudian beliau dikuburkan, dan yang masuk ke dalam lubang kubur adalah:
  • Al-‘Abbas
  • ‘Ali
  • Al-Fadhl dan Qutsam, kedua putra Al-‘Abbas
  • Syuqran
Ada pula yang mengatakan bahwa Usamah bin Zaid dan Aus bin Khauli bersama mereka.  

Penguburan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

  • dalam liang lahad
  • diletakkan batu bata padanya dalam lahadnya, yaitu tujuh batu bata
  • ditutupi dengan tanah
  • kubur beliau ditinggikan dari permukaan tanah sekitar satu jengkal
  • disirami dengan air
  Referensi: Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Imam Nawawi, Penerbit Pustaka Ibnu Umar —- Ditulis oleh: Ruwaifi Tuasikal Dikoreksi oleh:  Muhammad Abduh Tuasikal Catatan: 29 Dzulhijjah 1441 H, 19 Agustus 2020   Ruqoyyah.Com

Nasab dan Nama Rasulullah dari Sirah Nabi Imam Nawawi

Bagaimana nasab dan nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?   Berikut bahasan yang dikaji dari Sirah Nabi karya Imam Nawawi.  

Nasab Rasulullah

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdi Mannaf  bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.   

Nama Kunyah Nabi Muhammad

  • Abu ibrahim
  • Abdul Qasim

Nama Rasulullah lainnya

  1. Ahmad
  2. Al-Hasyir
  3. Al-‘aqib
  4. Al-Muqaffi
  5. Al-Maahi
  6. Khatamun Nabiyyin
  7. Nabiyu Rahmah
  8. Nabiyul Malhamah
  9. Nabiyyul Malahim
  10. Nabiyyut Taubah
  11. ‘Abdullah
Catatan: Sedangkan nama Thahaa, Yaasin, dan Al-Faatih tidak didukung dalil yang kuat.   Referensi: Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Imam Nawawi, Penerbit Pustaka Ibnu Umar —- Ditulis oleh: Ruwaifi Tuasikal Dikoreksi oleh:  Muhammad Abduh Tuasikal Catatan: 27 Dzulhijjah 1441 H, 17 Agustus 2020   Ruqoyyah.Com

Mengenal Imam Nawawi Penulis Sirah Nabi

Yuk kenal Imam Nawawi dengan buku sirah nabinya.  

Mukadimah Sirah Nabi

 • Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir.   • Umat Nabi Muhammad adalah umat terbaik.   • Ajaran Nabi Muhammad menghapus ajaran sebelumnya.   • Kitab suci Al-Qur’an itu mukjizat dan terus terjaga.   

Penulis Sirah Nabi yang dikaji

 • Yahya bin Syaraf An-Nawawi.   • Lahir 631 H di Nawa.   • Bapaknya yang mendidik Imam Nawawi sebelum Baligh imam nawawi sudah Khatam Al-Qur’an.    

Imam nawawi punya keistimewaan 

 1. Berilmu   2. Zuhud  3. Menjaga ibadah dan jauhi maksiat  

Guru-guru Imam Nawawi

 1. Jamaludin bin Ash-Shairafi Abu Ishaq bin Isa Al-Muradi   2. Taqiyyuddin bin Abil Yasar  3. Zainudin bin Abi Da’im  

Karya tulis Imam Nawawi yang terkenal:

 1. Riyadhus Sholihin   2. Syarh Shahih Muslim  3. Al-Arbain An-Nawawiyah Imam nawawi meninggal Dunia pada tahun 676 H, pada usia 45 tahun. —- Ditulis oleh: Ruwaifi Tuasikal Dikoreksi oleh:  Muhammad Abduh Tuasikal  Catatan: 23 Dzulhijjah 1441 H, 13 Agustus 2020   Ruqoyyah.Com

Ajarkan Anak Agar Tidak Kencing Sembarangan

Yang sering kami perhatikan, anak diajarkan oleh bundanya sendiri beberapa hal terkait kencing:
  1. Kencing di muka umum
  2. Kencing mengganggu orang dengan bau dan najisnya
  3. Kencing di depan rumah sendiri
 

Hadits-hadits yang perlu diingat oleh ayah bunda

Pertama: Siksa kubur kebanyakan itu gara-gara kencing

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِسْتَنْزِهُوا مِنْ اَلْبَوْلِ, فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْهُ

Sucikanlah diri kalian dari air kencing. Sesungguhnya kebanyakan siksa kubur itu terjadi karena kencing.” (HR. Ad-Daruquthni, 1:128)

Kedua: Tidak boleh kencing di tempat umum yang mengganggu orang lain

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِتَّقُوا اَللَّاعِنَينَ: اَلَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ اَلنَّاسِ, أَوْ فِي ظِلِّهِمْ

Jauhkanlah dirimu dari dua perbuatan terkutuk (terlaknat), yaitu suka buang air di jalan umum atau suka buang air di tempat orang berteduh.” (HR. Muslim, no. 269)

Ketiga: Buang hajat itu jauh dari pandangan orang

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padaku, ‘Ambillah wadah itu.’ Lalu beliau pergi menjauh dari pandangan orang sampai aku tidak melihatnya lalu beliau buang hajat.” (HR. Bukhari, no. 363 dan Muslim, no. 274, 77) Semoga Allah beri taufik pada ayah, bunda, dan anak-anak kita.   — Selesai disusun di Darush Sholihin, Rabu siang, 15 Dzulhijjah 1441 H (5 Agustus 2020) Oleh: Al-Faqir Ilallah, Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Bertemu Waraqah bin Naufal dan Turunnya Wahyu Kedua

Setelah mendapat wahyu pertama (surah Al-‘Alaq ayat 1-5), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Khadijah bertemu Waraqah Bin Naufal, putra paman Khadijah atau bisa disebut sepupu Khadijah. Namanya adalah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdil ‘Uzza bin Qushoy Al-Qurosyi Al-Asady. Waraqah itu sudah tua dan buta. Waraqah itu seorang Nasrani di masa Jahiliyah. Waraqah dapat menulis Injil dengan bahasa Arab. Para ulama berselisih pendapat, apakah Waraqah itu termasuk sahabat ataukah hanya orang saleh. Menurut pendapat lain Waraqah itu seorang mukmin, tetapi bukan tergolong sahabat Nabi karena dia meninggal dunia pada masa fatroh (kosongnya wahyu). Rasulullah lalu bercerita pada Waraqah mengenai wahyu yang ia dapat. Waraqah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan diusir dan dimusuhi kaumnya yaitu Kaum Quraisy. Setelah itu wahyu terputus, antara wahyu pertama dan kedua ada masa kosong (fatroh). Waktu kosongnya wahyu disebut fatroh. Waraqah bin Naufal beriman pada masa fatroh, lalu meninggal dunia. Kemudian turunlah wahyu kedua yaitu surah Al-Mudattsir ayat 1-7. Kemudian setelah itu, wahyu berangsur-angsur turun.   Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ (2) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (3) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (4) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (5) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (6) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ (7)

Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabbmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (QS. Al-Mudattsir: 1-7)  

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
  — Disusun oleh: Rumaysho Fathmah Tuasikal   Dikoreksi ulang oleh: Muhammad Abduh Tuasikal — Artikel Ruqoyyah.Com

Kisah Khalid bin Walid dan Masuk Islamnya

Khalid bin Walid, ayahnya bernama Walid bin Al-Mughirah bin ‘Abdullah bin ‘Umar bin Makhzum bin Yaqazhah bin Ka’ab. Khalid digelari dengan Saifullah, pedang Allah. Khalid bin Walid adalah Farisul Islam, pasukan kudanya Islam dan Laitsul Masyahid, orang yang berani di medan perang. Beliau adalah pemimpin mujahidin. Nama kunyah beliau Abu Sulaiman, beliau termasuk orang Quraisy dan berasal dari Bani Makhzum, dari Mekah. Khalid bin Walid adalah anak laki-laki dari saudara perempuan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Maimunah binti Al-Harits). Khalid masuk Islam pada bulan Safar tahun delapan Hijriyah. Sebelumnya Khalid menjadi musuh Rasulullah pada Perang Uhud dan Hudaibiyyah. Sebelum Khalid masuk Islam saudaranya yang bernama Walid masuk Islam terlebih dahulu.Dia yang mengajak Khalid masuk Islam.Setiap orang yang masuk Islam dosanya yang lalu dihapus.Khalid masuk islam dengan Syahadat di depan Nabi. Lalu ia pergi berangkat ikut berperang. Ia menghadiri perang Mu’tah. Ia menghadiri perang yang dipimpin oleh tiga amir: Mawla Rasul Zaid, anak pamannya Ja’far Dzul Janahain, Ibnu Rawahah. Beliau juga menghadiri perang tanpa amir, ia yang memimpinnya, beliau yang mengambil panji untuk dibawa ke hadapan musuh. Beliau disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Khalid adalah pedang Allah yang dihunuskan pada orang-orang musyrik.” Khalid menghadiri perang Fathul Makkah dan perang Hunain. Beliau juga memerangi orang-orang yang murtad dan mengikuti perang Ghazal ‘Iraq. Beliau pernah berperang ke Iraq dan ke Syam. Usia beliau 60 tahun saat meninggal pada tahun 21 Hijriyah. Beliau bukan mati di medan perang, namun di atas ranjangnya.   Referensi:
  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
  3. Siyar A’lam An-Nubala’ karya Imam Adz-Dzahabi.
  Diringkas oleh Muhammad Abduh Tuasikal dan Rumaysho Tuasikal, menjelang Ashar, 29 Dzulqa’dah 1441 H Artikel Ruqoyyah.Com

Ayah Harus Berubah

Ayah harus berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan jelek.  

1.   KENAPA HARUS BERUBAH?

Untuk menjadi ayah yang lebih baik, tentu harus berubah. Perubahan ini tentu saja berubah menjadi lebih baik, tak harus berubah menjadi orang lain. Untuk berubah ini harus punya pencapaian atau “goals”. Berubah lebih cepat tentu lebih baik. Kita harus berubah karena:
a.     Umur kita terbatas.
b.     Agar dosa tak terus menumpuk.
c.     Agar hidup jadi lebih berkah.
d.     Agar tidak terus merugikan orang lain.
e.     Agar mendapatkan husnul khatimah.
 

2.   APA YANG HARUS DIUBAH OLEH AYAH?

Ada beberapa kebiasaan yang mesti diubah seperti:
a.     Kebiasaan nongkrong hingga tengah malam, melalaikan dari membantu istri yang sibuk begadang sendirian mengurus anak di rumah.
b.     Kebiasaan main “games” kesayangan dengan rekan dan teman hingga tak kenal waktu.
c.     Kebiasaan merokok, karena seorang ayah akan merugikan anak dan istri.
d.     Suka memukul dan memaki istri.
e.     Belum sadar agama, termasuk pula belum sadar shalat lima waktu, apalagi sadar shalat berjamaah di masjid.
f.      Masih berada dalam dosa syirik, dosa besar (selingkuh, judi, mabuk-mabukan), hingga melakukan amalan yang tidak ada tuntunan.
 

3.   CARA UNTUK BERUBAH

a.     Mendalami ilmu agama, belajar dari ahli ilmu, kyai, atau ustadz. Karena ingat, menuntut ilmu (yang benar) pasti akan mengantarkan pada kebaikan.
b.     Rutinkan shalat lima waktu, lalu jangan lupa belajar shalat yang benar sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
c.     Tinggalkan pergaulan dengan teman yang jelek.
d.     Tinggalkan kebiasaan merokok karena kebiasaan jelek ini hanya merugikan diri sendiri, bahkan juga merugikan istri dan anak. Ruginya adalah dari sisi kesehatan dan juga keuangan.
e.     Benar-benar menjaga waktu untuk hal-hal manfaat saja.
f.      Menjadi ayah baik agar bisa menjadi teladan bunda dan anak-anak di rumah.
g.     Banyak bersabar ketika menghadapi pertengkaran, termasuk juga bersabar ketika dipandang aneh saat berubah.

4.   JANGAN TUNDA-TUNDA UNTUK BERUBAH

Dalam sya’ir Arab disebutkan,

وَ لاَ تَرْجِ عَمَلَ اليَوْمِ إِلَى الغَدِ

لَعَلَّ غَدًا يَأْتِي وَ أَنْتَ فَقِيْدُ

Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini hingga besok Andai besok itu tiba, mungkin saja engkau akan kehilangan Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135) Semoga ayah segera berubah. — Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Tulisan pada Jumat pagi, 17 Juli 2020, 26 Dzulqa’dah 1441 H Artikel Ruqoyyah.Com

Kisah Turunnya Wahyu Pertama di Gua Hira

Wahyu pertama diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berusia 40 tahun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu gemar menyendiri di Goa Hira. Ketika wahyu pertama turun, malaikat Jibril ‘alaihis salam mengajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu beliau pun pulang dengan hati yang gemetar. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan istrinya saat itu yaitu Khadijah binti Khuwailid. Khadijah kemudian menghibur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyebut sifat-sifat baik beliau, yaitu:
  • Menyambung silaturahim
  • Memuliakan tamu
  • Menolong orang orang yang benar
Inilah poin-poin penting dari wahyu pertama. Ingat yang diturunkan adalah surah Al-‘Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Allah Ta’ala berfirman,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)  

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
  — Disusun oleh: Rumaysho Fathmah Tuasikal   Dikoreksi ulang oleh: Muhammad Abduh Tuasikal — Artikel Ruqoyyah.Com

Ayah, Kamu Bukan Lajang Lagi

Sebagian pria sudah menjadi ayah. Namun, ia tidak pernah sadar kalau dirinya itu sudah menjadi seorang ayah. Kebiasaannya masih bujang pun dibawa ketika ia sudah menjadi ayah. Kami beri contoh misalnya:
  1. Sering pulang larut malam karena asyik nongkrong dengan teman-teman.
  2. Naik gunung dengan rekan-rekan sehobi, hingga berhari-hari.
  3. Habiskan akhir pekan untuk memancing, dari pagi hingga menjelang Maghrib.
  4. Jajan enak di luar rumah, lupa bawa untuk istri dan anak di rumah.
  5. Koleksi barang-barang super mewah, menjadi hypebeast, yaitu kebiasaan fanatik yang berlebihan terhadap suatu tren yang kekinian.
Kekeliruan yang dilakukan oleh seorang ayah seperti ini:
  1. Waktu habis sia-sia.
  2. Kurangnya waktu diberikan pada keluarga, istri butuh dibantu dalam mengurus anak.
  3. Istri dan anak kurang diberi perhatian.
  4. Hidup boros padahal masih ada nafkah keluarga yang wajib ditunaikan.
Nasihat: ingatlah sekarang sudah menjadi ayah tentu beda dengan keadaan saat bujang. 1. Waktu mesti diberikan pada anak dan istri. Coba lihat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya waktu untuk mendengar curhatan istri. Ada sebelas wanita yang diceritakan oleh Aisyah. Wanita-wanita tersebut menceritakan baik dan buruk suaminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ikuti cerita tersebut dari awal hingga akhir.  2. Janganlah egois, janganlah suami mementingkan aksesoris pribadinya padahal punya kewajiban beri nafkah anak dan istrinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan hal nafkah suami pada istri seperti dalam hadits, 

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – 

Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-.” (HR. Abu Daud, no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). 3. Jangan boros seperti masa bujang. Mending harta yang ada dikeluarkan untuk nafkah keluarga. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen)” (HR. Muslim, no. 995). Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Nafkah kepada keluarga itu lebih afdal dari sedekah yang hukumnya sunnah”. (Syarh Shahih Muslim, 7:82) Adapun boros, kita telah diingatkan dalam ayat Al-Qur’an. Allah Ta’ala telah berfirman,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isra’: 26-27). Ibnul Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para ulama:
  1. Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar.
  2. Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu ‘Ubaidah berkata, “Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak dan menghambur-hamburkan harta.” (Zaad Al-Masiir, 5: 27-28)
Ayah, ingatlah kita sudah menjadi ayah. Ada anak yang seharusnya buat kita jadi berubah. Semoga dapat berubah menjadi lebih baik. Moga Allah beri taufik dan hidayah bagi para ayah.   Disusun tengah malam menjelang tidur, malam 18 Dzulqa’dah 1441 H, 8 Juli 2020 Yang ingin menjadi ayah idaman: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com