Mau Tahu Hikmah Adanya Galaksi dan Pelangi?

Berikut ini cerita tentang galaksi dan pelangi. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya kaisar Heraklius menulis surat untuk sahabat Mu’awiyah sembari berkata, “Seandainya Nubuwwah masih tersisa pada tengah-tengah kaum muslimin, maka mereka akan memberikan jawaban kepadaku apa saja yang aku tanyakan.” Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menuturkan, “Heraklius kemudian menulis surat yang menanyakan perihal galaksi, pelangi, dan bagian bumi yang tidak terkena sinar matahari kecuali hanya satu jam.” Ketika surat itu sampai pada sahabat Mu’awiyah, beliau berkata, “Sesungguhnya perkara ini adalah perkara yang aku hindari darinya hingga hari ini. Siapakah yang dapat menjawabnya?” Ada yang menyebutkan, “Ibnu ‘Abbas.” Sahabat Mu’awiyah lantas mengirimkan surat tersebut pada sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang kemudian membalasnya dengan menuliskan, “Pelangi adalah tanda keamanan penghuni bumi dari penenggelaman, dan galaksi adalah pintu langit di mana langit akan terbelah dari situ. Adapun bagian bumi yang tidak terkena sinar matahari kecuali hanya satu jam saja adalah laut yang terbelah membebaskan Bani Israil dari kejaran Fir’aun.” Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara marfu’ (dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),

إِذَا سَمِعْتُمُ الرَّعْدَ فَاذْكُرُوْا اللهَ فَإِنَّهُ لاَ يُصِيْبُ ذَاكِرًا

“Apabila kalian mendengar suara petir, berdzikirlah kepada Allah, karena sungguh petir tidak akan mengenai orang yang berdzikir.” (HR. Malik)  

Doa ketika mendengar petir

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

“SUBHANALLADZI YUSABBIHUR RO’DU BI HAMDIHI WAL MALA-IKATU MIN KHIIFATIH” (artinya: Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya). (Disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 723.  Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).  

Kisah yang dibawakan Ibnu ‘Abbas dari berita Bani Israil

Sikap kita terhadap berita semacam ini adalah sebagaimana disampaikan dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَدِّثُوا عَنِّى وَلاَ تَكْذِبُوا عَلَىَّ وَمَن كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّداً فَقَدْ تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ وَلاَ حَرَجَ

Sampaikan dariku, namun janganlah berdusta atas namaku. Siapa yang berdusta atas namaku, hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka. Sampaikanlah dari Bani Israil, itu tidaklah mengapa.” (HR. Ahmad, 3:46. Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Syaikhain).  

Baca Juga: Bintang Diciptakan untuk Tiga Tujuan Ini

— Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

14 Perbuatan yang Membuat Puasa Ramadhan Sia-Sia

Inilah 14 perbuatan yang membuat puasa Ramadhan anak kita jadi sia-sia. Ayah bunda harus ingatkan anak akan hal ini.
  1. Hanya memikirkan puasa, tetapi enggan menjaga shalat lima waktu.
  2. Sehabis makan sahur bablas tidur, sehingga tidak shalat Shubuh.
  3. Berkata-kata kotor.
  4. Suka emosi dan marah.
  5. Banyak tidur atau tidur seharian (sampai tidak shalat wajib).
  6. Banyak main “games”.
  7. Ngabuburit tidak jelas.
  8. Asyik buka puasa, enggan shalat Maghrib dan Isya.
  9. Malas berjamaah di masjid bagi anak laki-laki.
  10. Sibuk dengan gawai dibanding Alquran.
  11. Sibuk belanja pada malam hari, malas shalat tarawih.
  12. Makan berlebihan sehingga malas ibadah.
  13. Waktu habis dengan mendengar musik, menonton TV, dan melihat Youtube.
  14. Waktu habis di media sosial dibanding dengan keluarga.
Jangan sampai puasa hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Dalam hadits disebutkan,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Betapa banyak orang yang berpuasa, dia tidak mendapatkan dari puasanya selain rasa lapar dan haus saja.”[1] [1] HR. At- Thabraniy dalam Al-Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targib wa At-Tarhib, no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini sahih lighairihi–sahih dilihat dari jalur lainnya–. Baca Juga: Artikel Ruqoyyah.Com

Jadwal Amal Saleh untuk Anak di Bulan Ramadhan

Coba ikuti jadwal amal saleh untuk anak di bulan Ramadhan   03.30 – 04.30 : Bangun tidur membaca dzikir, shalat tahajud, membaca Alquran, berdoa pada sepertiga malam terakhir, beristigfar, makan sahur diakhirkan, persiapan shalat Shubuh. 04.30 – 06.00 : Setalah azan berkumandang, melakukan shalat Sunnah Fajar dua rakaat (pahalanya: lebih baik dari dunia dan seisinya), shalat shubuh berjamaah di masjid (untuk laki-laki, sedangkan shalat wanita lebih afdal di rumah), membaca dzikir pagi, membaca Alquran, menyempatkan shalat isyraq (yaitu shalat Dhuha pada awal waktu, waktu shalat isyraq adalah 15 menit setelah matahari terbit). 06.00.- 07.00 : Persiapan sekolah dan shalat Dhuha sebelum ke sekolah. 07.00 – 12.00 : Kegiatan sekolah. 12.00 – 13.00 : Shalat Zhuhur berjamaah di masjid (untuk laki-laki) diawali dengan empat rakaat qabliyah, shalat bakdiyah Zhuhur dua rakatat. 13.00 – 15.00 : Istirahat. 15.00 – 16.00 : Shalat Ashar berjamaah di masjid (untuk laki-laki), boleh diawali qabliyah Ashar empat rakaat, membaca Alquran. 16.00 – 18.00 : Membantu ayah bunda persiapan berbuka puasa, ikut kajian buka puasa di masjid, membaca Alquran. 18.00 – 19.00 : Berbuka puasa, jangan lupakan doa bakda berbuka dan doa yang diijabahi saat berbuka, shalat Maghrib berjamaah di masjid (untuk laki-laki), shalat bakdiyah Maghrib dua rakaat, membaca dzikir petang. 19.00 – 21.00 : Shalat Isya berjamaah di masjid (untuk laki-laki), shalat bakdiyah Isya, shalat tarawih, ditutup shalat witir, membaca Alquran, kaji tafsir Alquran. 21.00 – 21.30 : Mengulang pelajaran sekolah, bercengkerama dengan keluarga, lakukan adab tidur seperti berwudhu, tidur malam dengan diawali membaca ayat kursi dan tiga surah perlindungan (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas). Baca Juga: Artikel Ruqoyyah.Com

Anak Belajar Iktikaf di Masjid

Iktikaf itu sunnah yang dianjurkan.  

Syarat iktikaf:

  1. Berniat iktikaf
  2. Berdiam
  3. Berdiam di masjid
  4. Orang yang melakukan: muslim, berakal; suci dari hadats besar
Tentang iktikaf (menetap) disebutkan dalam ayat,

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ

“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beriktikaf dalam masjid.” (QS. Al-Baqarah: 187) Iktikaf secara istilah syari (terminologi) adalah menetap di dalam masjid, dilakukan oleh orang tertentu, dengan niat yang khusus. Istilah iktikaf di sini hanyalah iktikaf dalam kebaikan saja. Baca Juga: Artikel Ruqoyyah.Com

Doa dan Dzikir untuk Anak Hafalkan di Bulan Ramadhan

Apa saja doa dan dzikir untuk anak hafalkan di bulan Ramadhan?

1. Dzikir ketika melihat hilal

اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ

“ALLAHUMMA AHLIL-HU ‘ALAYNAA BIL-YUMNI WAL IIMAANI WAS SALAAMATI WAL ISLAAMI. ROBBII WA ROBBUKALLAH. (Artinya: Ya Allah, tampakkanlah bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu–wahai bulan sabit–adalah Allah).”[1]

2. Ucapan ketika dicela atau diusilin orang lain saat berpuasa

إِنّى صَائِمٌ إِنّى صَائِمٌ

“INNII SHOIMUN, INNII SHOIMUN. (Artinya: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa).”[2]

3. Membaca “bismillah” ketika memulai makan sahur dan berbuka puasa, atau aktivitas makan lainnya. Selesai makan, diperintahkan membaca “alhamdulillah”.

4. Doa ketika berbuka puasa

Tetap diawali dengan membaca “bismillah”, lalu menyantap kurma atau makanan ringan, lalu diikutkan dengan:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“DZAHABAZH ZHOMA-U WABTALLATIL ‘URUUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH. (Artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah).”[3]

5. Doa kepada orang yang memberikan makan dan minum

اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

“ALLAHUMMA ATH’IM MAN ATH’AMANII WA ASQI MAN ASQOONII. (Artinya: Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku).”[4]

6. Doa ketika berbuka puasa di rumah orang lain

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ

“AFTHORO ‘INDAKUMUSH SHOO-IMUUNA WA AKALA THO’AMAKUMUL ABROOR WA SHOLLAT ‘ALAIKUMUL MALAA-IKAH. (Artinya: Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendoakan agar kalian mendapat rahmat).”[5]

7. Doa di malam Lailatul Qadar

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

“ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TU-HIBBUL ‘AFWA FA’FU ANNII (Artinya: Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”[6]   [1] HR. Ahmad, 1:162; Tirmidzi, no. 3451; dan Ad-Darimi. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. [2] HR. Bukhari no. 1894 dan Muslim no. 1151, dari Abu Hurairah. [3] HR. Abu Daud, no. 2357. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. [4] HR. Muslim, no. 2055. [5] HR. Abu Daud, no. 3854; Ibnu Majah, no. 1747; Ahmad, 3:118. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. [6] HR. Tirmidzi, no. 3513; Ibnu Majah, no. 3850; dan Ahmad, 6:171. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Adapun tambahan kata “kariim” setelah “Allahumma innaka ‘afuwwun …” tidak terdapat dalam satu manuskrip pun. Lihat Tarooju’at, hlm. 39. Baca Juga: Artikel Ruqoyyah.Com

Manakah yang Lebih Dulu Diciptakan: Langit ataukah Bumi?

Manakah yang lebih dulu diciptakan, langit ataukah bumi? Allah menciptakan bumi sebelum menciptakan langit sebagaimana firman Allah,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Allah, yang menciptakan semua yang ada di bumi untuk kamu dan Allah sempurkan (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 29) Imam Al-Bukhari berkata perihal permulaan penciptaan, “Qatadah—ahli tafsir dari kalangan tabi’in–berkata tentang ayat,

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (QS. Al-Mulk: 5). Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga hal: menjadikannya sebagai hiasan langit, pelempar setan, dan sebagai petunjuk arah.”  

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
Baca Juga: — Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Mengajak Anak Mengkhatamkan Al-Qur’an

Bagaimana mengajak anak mengkhatamkan Al-Qur’an? Yang jelas, mengkhatamkan Al-Qur’an memang dianjurkan di bulan Ramadhan. Namun ingat, seperti itu tidaklah wajib dan tetap melihat pada kemampuan anak. Syukur-syukur, anak kita mau membaca Al-Qur’an tiap hari dan ayah bunda menemani untuk membetulkan bacaan. Namun, kalau anak kita berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an, jangan lupa memberi hadiah yah, ayah bunda.   Berikut beberapa kiat mengkhatamkan Al-Qur’an untuk anak kita.
  1. Waktu-waktu yang dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadan berbeda-beda untuk setiap orang. Namun, secara umum dianjurkan pada waktu-waktu berikut ini: (1) antara azan dan iqamah untuk shalat fardu, (2) setelah selesai shalat fardu, (3) menjelang berbuka puasa, (4) waktu sahur, (5) waktu-waktu senggang di sela-sela pekerjaaan atau belajar mengajar, atau ketika menunggu sesuatu, ketika menyetir (bagi yang hafal), bahkan ketika kita berhenti menunggu lampu hijau.
  2. Kemampuan dan kekuatan setiap orang berbeda-beda. Ada yang mampu tamat sekali dalam sebulan, dua kali, tiga kali, atau lebih dari itu.
  3. Alangkah baiknya selain membanyakkan membaca Al-Qur’an juga disertai dengan menghafalkan beberapa juz selama bulan Ramadan.
Berikut ini tabel yang dapat membantu program menamatkan Al-Qur’an pada bulan Ramadan.  
Jumlah tamatan Alquran Waktu yang tersedia dan kadar bacaan Alquran
Antara azan dan iqamah Waktu Sahur Waktu Luang
Shubuh Ashar
Satu kali 5 hal 5 hal 5 hal 5 hal
Dua kali 10 hal 10 hal 10 hal 10 hal
Tiga kali 15 hal 15 hal 15 hal 15 hal
  Baca Juga: Artikel Ruqoyyah.Com

Shalat Tarawih untuk Anak

Anak bisa diajarkan oleh ayah bunda perihal shalat tarawih sebagai berikut.
  1. Shalat tarawih termasuk qiyamul lail atau shalat malam yang spesial dilakukan di bulan Ramadan.
  2. Hukum shalat tarawih adalah sunnah.
  3. Shalat tarawih dilakukan secara berjamaah dan dianjurkan rutin dijaga tiap malam.
  4. Keutamaan shalat tarawih adalah:
  • akan mendapatkan pengampunan dosa.
  • jika dilakukan bersama imam hingga berjamaah selesai, dicatat mendapatkan pahala shalat semalam suntuk.
  • Seutama-utamanya shalat.
  1. Shalat tarawih bisa dilakukan 11 atau 23 rakaat, bisa pula lebih dari itu karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membatasi jumlah rakaat shalat malam.
  2. Shalat tarawih yang paling bagus adalah yang lama selesainya.
  3. Shalat tarawih dilakukan dengan setiap dua rakaat salam. Jika ada yang melakukan dengan empat rakaat salam, tetap sah.
  4. Wanita muslimah boleh melakukan shalat tarawih di masjid. Namun, jika shalat tarawih dikerjakan di rumah, itu lebih afdal bagi muslimah sebagaimana halnya shalat lima waktu.
  5. Shalat tarawih ditutup dengan shalat witir (rakaat ganjil). Jika dilakukan tiga rakaat, bisa mengerjakan dengan pola dua rakaat sama, lalu satu rakaat salam, atau dengan pola tiga rakaat sekaligus salam tanpa tahiyat awal.
  6. Setelah shalat witir dianjurkan membaca “SUBHAANAL MAALIKIL QUDDUS, SUBHAANAL MAALIKIL QUDDUS, SUBHAANAL MALIKI QUDDUS, ROBBIL MALAA-IKATI WAR RUUH”.
  Catatan:
  1. Karena hukum shalat tarawih itu sunnah (bukan wajib), anak tidak perlu dipaksakan untuk melaksanakan shalat ini kalau belum mampu.
  2. Kalau anak menjadi makmum, orang tua (ayah yang jadi imam) tidak perlu memaksakan dengan membaca surah-surah panjang karena akan membuatnya berat menjalankan shalat tarawih dan malas melaksanakan shalat tersebut di hari-hari berikutnya.
Baca Juga: Artikel Ruqoyyah.Com

Keutamaan Wudhu

Apa saja keutamaan wudhu? Keutamaan wudhu adalah:
  1. Orang yang berwudhu akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
  2. Wudhu menjadi tanda khusus umat Nabi Muhammad – yaitu dari bekas wudhunya – pada hari kiamat kelak.
 

Dalil-dalilnya:

Pertama: Mendapatkan pengampunan dosa Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian berdiri melaksanakan dua rakaat dengan tidak mengucapkan pada dirinya (konsentrasi ketika shalat), maka dia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, no. 160 dan Muslim, no. 22)   Kedua: Wudhu menjadi tanda khusus umat Nabi Muhammad Di antara ciri khas umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat adalah memiliki ghurrah dan tahjiil, yakni tanda bekas wudhu. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ، وَلَآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُومِ وَإِنِّي لَأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ، كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ ؛ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ أَتَعْرِفُنَا يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: نَعَمْ لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَمِ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا، مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ

“Sesungguhya telagaku lebih jauh daripada jarak kota Ailah dengan kota ‘Adn. Sungguh ia lebih putih daripada salju, dan lebih manis daripada madu yang dicampur susu. Sungguh, cangkir-cangkirnya lebih banyak daripada jumlah bintang. Dan sungguh, aku menghalau manusia darinya sebagaimana seorang laki-laki menghalau unta orang lain dari telaganya.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Engkau mengenal kami pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Ya, aku mengenal. Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat-umat lain. Kalian muncul dalam keadaan memiliki ghurrah dan tahjiil disebabkan bekas air wudhu.” (HR. Muslim, no. 247) Imam Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Ahli bahasa berkata, “Ghurrah adalah tanda putih di dahi kuda. Sedangkan tahjiil adalah tanda putih di kedua tangan dan kaki kuda.” Para ulama berkata, “Cahaya yang terdapat pada anggota wudhu pada hari kiamat disebut ghurrah dan tahjiil, karena menyerupai ghurrah yang dimiliki kuda.” (Syarh Shahih Muslim, 3:135) Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan mengatakan, “Ghurrah dan tahjiil yang dimaksudkan adalah untuk seluruh anggota wudhu. Ghurrah adalah cahaya putih pada wajah. Tahjiil adalah cahaya putih pada tangan dan kaki, sedangkan kepala masuk dalam ghurrah.” (Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Marram, 1:195) Yang lebih tepat, wudhu bukanlah keistimewaan umat Islam. Wudhu sudah ada pada umat sebelum Islam. Yang jadi keistimewaan bagi orang Islam adalah bekas wudhu pada ghurrah dan tahjiil. (Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Marram, 1:196) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ditanya tentang hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إنَّكُمْ تَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ

“Sesungguhnya kalian akan datang pada hari kiamat dalam keadaan memiliki ghurrah dan tahjiil karena bekas air wudhu.” Ini adalah sifat (ciri) orang-orang yang mendirikan shalat. Lalu, orang-orang mukallaf selain mereka, yaitu orang yang meninggalkan shalat dan anak-anak kecil, dapat dikenali dengan ciri apa?” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjawab,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، هَذَا الْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ إنَّمَا يُعْرَفُ مَنْ كَانَ أَغَرَّ مُحَجَّلًا وَهُمْ الَّذِينَ يَتَوَضَّؤُونَ لِلصَّلَاةِ . وَأَمَّا الْأَطْفَالُ فَهُمْ تَبَعٌ لِلرَّجُلِ . وَأَمَّا مَنْ لَمْ يَتَوَضَّأْ قَطُّ وَلَمْ يُصَلِّ : فَإِنَّهُ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ لَا يُعْرَفُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ .

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Hadits ini adalah dalil bahwa yang dikenali hanyalah yang memiliki ghurrah dan tahjiil, yakni orang-orang yang berwudhu untuk mendirikan shalat. Adapun anak-anak kecil, maka mereka mengikuti laki-laki dewasa. Sedangkan orang-orang yang tidak berwudhu dan tidak shalat sama sekali, hadits ini menjadi dalil bahwa mereka tidak akan dikenali pada hari kiamat.” (Majmu’ Al-Fataawa, 21:171) Baca Juga: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com

Empat Sungai yang Mengalir dari Surga

Para ahli ilmu bumi menyatakan bahwa ada beberapa samudra, sungai-sungai besar, serta sumber dan pokoknya ke mana semua itu bermuara? Pernyataan mereka ini mengandung adanya hikmah dan tanda yang menunjukkan kekuasaan Sang Pencipta. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فُجِّرَتْ أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ مِنَ الْجَنَّةِ الْفُرَاتُ وَالنِّيلُ وَسَيْحَانُ وَجَيْحَانُ

Empat sungai yang dialirkan dari surga: Eufrat, Nil, Saihan, dan Jaihan.” (HR. Ahmad, 2:260. Syaikh Syuaib Al-Arnauth berkata bahwa hadits ini sahih, sanadnya hasan). Maksud dari hadits ini, wallahu a’lam, seakan-akan empat sungai ini menyerupai sungai surga dalam airnya yang murni, rasanya yang tawar (segar), dan alirannya yang terus menerus). *Kalau memang sungai-sungai yang disebut di atas menjadi keruh saat ini, tak masalah. Yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang terjadi saat itu, saat beliau sebutkan.   Keterangan:
  1. Sungai Eufrat, mengalir di Turki dan Irak.
  2. Sungai Nil, mengalir di Mesir dan Sudan.
  3. Sungai Seihan, berada di Turki dan mengalir ke laut Mediterania.
  4. Sungai Jaihan, mengalir di Mushoishoh, daerah ini persisnya belum kami ketahui.
  Baca Juga:

Referensi:

  1. Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
  2. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Ibnu Katsir. Penerbit Insan Kamil.
  — Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ruqoyyah.Com